Surabaya – Melihat perkembangan dunia digital tidak lepas dengan adanya remaja Generasi Z. Mereka merupakan calon mahasiswa baru (Camaba), sehingga perlu adanya strategi-strategi yang jitu untuk mengajak mereka menjadi seorang mahasiswa di kampus tujuan.
Menyadari hal itu, Unusa menginisiasi pertemuan Humas PTS se-Jatim untuk membahas hal tersebut. Mengambil tema “Promosi PTS di Era Digital dan New Normal” pertemuan itu digelar Sabtu (26/3) dengan menghadirkan dua naras umber masing-masing CEO Gewd Creative Agency, Ilham Ramdana dan Co-Founder Universitas 123, Handy Salam. Keduanya dari Jakarta.
Tema pembicaraan seputar bagaimana menggaet Camaba Generasi Z melalui pemanfaatan media sosial dan strategi digital marketing. CEO Gewd Creative Agency, Ilham Ramdana, mengungkapkan, Generasi Z atau Gen Z disebut sebagai generasi yang lahir setelah generasi Y. Mereka yang termasuk ke dalam generasi ini adalah mereka yang lahir di tahun 1995 sampai dengan 2010. Umumnya mereka disebut juga sebagai iGeneration atau generasi internet atau generasi net.
“Generasi Z selalu terhubung dengan dunia maya dan dapat melakukan segala sesuatunya dengan menggunakan kecanggihan teknologi yang ada,” ungkapnya.
Ilham menambahkan, perguruan tinggi harus welcome dengan gaya dan aktivitas para siswa Generasi Z, yang merupakan Camaba, terlebih gadget sudah menjadi pegangan. Maka secara otomatis pengenalan teknologi dan dunia maya ini begitu berpengaruh pada perkembangan kehidupan dan kepribadian mereka.
“Perguruan Tinggi harus menerapkan strategi promosi digital marketing. Karena sebuah universitas tentu memiliki kompetitor seperti industri lain. Agar para calon mahasiswa tertarik dengan kampus, Perguruan Tinggi perlu membangun brand awareness di internet untuk menggaet perhatian Camaba,” ungkapnya dihadapan sekitar 60-an peserta Humas PTS di Jatim.
Ilham menjelaskan, Generasi Z ini adalah generasi yang paling dibenci banyak generasi lainnya, karena perilakunya yang kadang dianggap aneh. “Bayangkan ada seekor kucing yang cidera tertabrak kendaraan, lalu difoto dan membuka donasi, lalu yang mendonasikannya luar biasa banyaknya. Hal semacam in ikan dianggap aneh,” katanya.
Tapi, kata Ilham itulah Generasi Z, yang memiliki ciri-ciri menyukai kegiatan sosial, lebih memilih menjadi startup, multitasking, akrab dengan teknologi komunikasi dan informasi, serta mudah terpengaruh. “Dengan karakteristik seperti itu, maka perguruan tinggi harus bisa mengubah bentuk-bentuk promosinya untuk menyesuaikan dengan Camaba yang menjadi target pasarnya,” katanya.
Sementara Co-Founder Universitas 123, Handy Salam, mengungkapkan bahwa penting bagi perguruan tinggi untuk memanfaatkan media sosial di era teknologi digital. Karena tidak dapat dipungkiri, pasar terbesar pengguna media sosial adalah para anak-anak muda.
“Generasi Z pada umumnya, merupakan pengguna terbesar dan paling aktif di media sosial. Karena itu media sosial dapat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan Camaba,” ungkapnya.
Handy menambahkan, media sosial telah menarik perhatian jutaan orang di seluruh dunia, karena itu hal yang sama dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa untuk bisa mendaftar kuliah di kampus tujuan. “Melalui media sosial, perguruan tinggi dapat mempromosikan kegiatannya. IUtu sebabnya platform Universitas 123 hadir, untuk mempermudah Camaba dalam memilih program studi dan kampus yang mungkin boleh jadi jauh dari tempat asal Camaba itu,” katanya.
Handy menjelaskan, di platform Universitas 123, ia tidak hanya memberikan informasi tentang perguruan tinggi, tapi juga menyediakan informasi berbagai tawaran beasiswa. “Silahkan perguruan tinggi memanfaatkan platform kami, semuanya gratis. Kami semata ingin membantu calon mahasiswa dalam mencari perguruan tinggi yang mereka minati,” katanya. (Humas)