Surabaya – Dosen Program Studi (Prodi) S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Fifi Khoirul Fitriyah, SPd., MPd menilai memberi menjadi salah satu strategi meningkatkan kesejahteraan psikologis.
Banyak orang menganggap spiritualitas adalah agama, dan tenyata banyak ahli juga mendefinisikan hal yang sama, bahwa spiritualitas sama dengan agama.
Fifi menjelaskan jika penelitian-penelitian terakhir menunjukkan definisi berbeda tentang spiritualitas. Spiritualitas menurut para ahli adalah hubungan batin antara manusia dengan Tuhan, serta hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. “Berdasarkan definisi ini, spiritualitas bukan hanya hubungan vertikal saja melainkan juga horizontal,” jelasnya, Kamis (22/10).
Hubungan antara manusia dengan manusia lain disatu sisi akan mampu meningkatkan kesejahteraan psikologis, namun di sisi lain juga menimbulkan berbagai masalah, semua tergangung pada sistem manajemen diri pada setiap orang. “Terkadang masalah kekurangpahaman terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain menjadi masalah utama dalam hubungan antar manusia, sehingga untuk menyikapi hal ini, empati sangat diperlukan,” jelas Fifi.
Sesungguhnya, empati dibutuhkan dalam setiap interaksi kehidupan sosial antar manusia, terlebih dimasa krisis saat ini yakni di tengah situasi pandemic Covid-19. Salah satu cara untuk mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain adalah dengan menukar sudut pandang kita menjadi sudut pandang mereka. Banyak orang menjadi lebih tidak berdaya di era pandemi Covid-19 ini, mulai dari banyaknya orang yang terpapar virus corona, meningkatnya jumlah karyawan yang di PHK, meningkatnya kekhawatiran dan keresahan masyarakat, dan dampak-dampak lainnya. Tentu hal ini membutuhkan perhatian dan uluran tangan dari masyarakat lain.
Terlepas dari sudut pandang agama yang mengajarkan kita untuk bersedekah atau memberi kepada mereka yang tidak mampu, ternyata “memberi” merupakan salah satu terapi psikologis yang ampuh untuk meningkatkan indeks kebahagiaan bagi para pelakunya. Beberapa waktu yang lalu, kami mencoba untuk melakukan eksperimen dengan menjalankan “the power of giving” dengan cara mengajak masyarakat untuk berbagi sembako kepada masyarakat lain yang tidak mampu. Ternyata, kegiatan ini membawa dampak luar biasa pada pelakunya. Berdasarkan hasil wawancara menyebutkan 90% peserta yang tergabung dalam kegiatan ini mengalami kenaikan indeks kebahagiaan. Mereka mengaku sangat senang karena dapat membantu orang lain, dan beberapa orang yang secara langsung membagikan sembako merasakan adanya getaran positif dalam dirinya.
Memberi adalah salah satu perwujudan dari spiritualitas. Dengan memberi seseorang bisa memunculkan sebuah makna dalam dirinya. Makna hidup dalam spiritual (meaning of purpose) menggambarkan seseorang hidup itu memiliki makna dan tujuan, dalam konteks ini, salah satunya adalah berbagi dengan sesama.
Meaning of purpose dalam spiritualitas dapat juga dimaknai sebagai sebuah ekspresi tentang alasan mengapa manusia hidup dan mengapa manusia harus menuju pada satu tujuan tertentu. Selain itu, menyatu dengan alam semesta dan isinya (interconnectedness) juga merupakan komponen penting dalam spiritualitas. Seseorang akan merasakan perasaan bahagia ketika mampu menyatu dengan alam semesta dan isinya, terlebih menyatu dengan sesama manusia dan turut merasakan apa yang mereka rasakan.
Spiritualitas akhirnya menjadi sebuah bahasan yang menarik, yang bukan hanya interaksi batin antara manusia dengan Tuhannya melainkan juga dengan manusia lain. Ketidakseimbangan hubungan dalam spiritualitas juga telah terbukti menyebabkan ketidakseimbangan psikologis pada diri seseorang . Oleh karena itu menjaga keseimbangan batin dengan baik secara vertikal maupun horizontal sangatlah penting untuk menjaga kesejahteraan psikologis. (sar humas)