Surabaya – Ada dua penyebab terjadinya gangguan kejiwaan. Yakni faktor biologis dan psikologis. Faktor biologis seperti kondisi otak dan badan secara umum. Faktor psikologis misalnya trauma atau stres berlebihan.
Dosen Ilmu Kedokteran Jiwa UNUSA, Hafid Algristian, dr., SpKJ menjelaskan bahwa dua faktor tersebut adalah sebab utama terjadinya gangguan jiwa. Luka-luka yang terjadi di otak, meskipun kecil, seperti benturan dan infeksi akan meningkatkan resiko seseorang mengalami gangguan jiwa.
“Seperti seorang pasien stroke yang dinyatakan membaik, namun masih terdapat ‘luka-luka’ kecil akibat pecahnya pembuluh darah otak. Kondisi ini akan memudahkan seseorang mengalami masalah kejiwaan,” ujar Hafid. Tak heran pasien stroke, darah tinggi, kencing manis, kejang, bisa mengalami masalah kejiwaan seperti depresi, cemas, mudah marah, sulit tidur, bahkan sampai halusinasi.
Tidak hanya itu. Faktor psikologis menjadi salah satu penyebab orang ini mudah mendapatkan gangguan kejiwaan. Seperti akan menghadapi ujian, atau kehilangan orang yang dicintai, bisa membuat seseorang mengalami insomnia hingga depresi. “Jadi bukan hanya karena minum kopi saja orang jadi sulit tidur, pesan whatsapp nggak dibales-bales juga bisa,” kelakar pria yang baru 10 bulan menjadi ayah ini.
Mengkonsumsi zat terlarang seperti narkoba atau minuman keras juga menjadi peningkat resiko seseorang mengalami gangguan jiwa. “Selain masalah psikologis, zat-zat tersebut bisa membuat perubahan biologis otak dan zat kimia tubuh. Pasti berdampak pada kejiwaan seseorang,” Hafid menegaskan.
Mencermati dua faktor tersebut, Hafid memiliki tips agar tidak mudah mengalami gangguan jiwa. Tentu saja diawali dengan menjaga kebugaran fisik, yakni makan makanan yang sehat dan olahraga teratur. “Jangan lupa, upayakan mengisi waktu dengan hal yang bermanfaat, mudah memaafkan orang lain, dan jaga jarak dengan orang-orang toksik supaya hati dan pikiran tetap positif,” ucap pria yang juga seorang motivator ini. (sar humas)