Surabaya – Dosen program studi (prodi) D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengajak mahasiswanya ke pelabuhan milik PT Pelindo 3 Surabaya, Rabu (15/1/2020). Empat dosen itu ingin para mahasiswa bisa mengetahui secara langsung manajemen risiko yang ditetapkan perusahaan milik negara itu.
Muslikha Nourma, Friska Ayu,Merry Sunaryo dan Moch. Sahri mendampingi 36 mahasiswanya dalam praktikum perencanaan proteksi kebakaran. Ini adalah materi yang masuk dalam materi kurikulum kuliah wajib dan harus ditempuh mahasiswa. Mata kuliah 2 SKS (sistem kredit semester) ini lebih fokus pada penanganan jika terjadi kebakaran di sebuah pabrik atau perusahaan.
“Mahasiswa K3 harus cekatan dalam mengoperasionalkan alat-alat kebakaran yang biasa ada di kantor-kantor atau pabrik-pabrik. Sehingga nantinya ketika mereka benar-benar sudah bekerja, tidak ragu dalam mengoperasionalkannya. Apalagi orang K3 ini harus ada di garda depan dalam mengatasi masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja,” ujar Friska Ayu, salah satu tim dosen.
Karena dikatakan Friska, dasar kurikulum yang diterapkan dalam prodi D4 K3 ini, adalah keterampilan para mahasiswa dalam mengoperasionalkan alat pemadam kebakaran (apar) dan hydrant. Untuk apar, Unusa sudah memberikan pengetahuan dan praktik mengoperasionalkan pada mahasiswanya.
“Nah di Pelindo 3 ini kami belajar tentang cara menggunakan hydrant. Karena di Unusa sendiri kami baru tahap membuat hydrant itu. Sehingga perlu untuk menimba ilmu ke luar kampus agar mahasiswa semakin mantap menerima pembelajarannya. Dan kami pilih Pelindo 3 karena selain kami sudah bekerjasama antar lembaga, juga karena Pelindo 3 sangat lengkap menerapkan konsep K3 terutama dalam menangani kebakaran,” jelas Friska.
Dalam kunjungan pembelajaran lapangan di Bukan K3 ini, Friska menyebutkan mahasiswa diajarkan banyak hal. Praktik langsung tentu saja dilakukan. Satu persatu mahasiswa disuruh memegang alat pemadam maupun hydrant milik Pelindo 3. “Selama pembelajaran itu, tdiak hanya diberikan pengetahuan praktik tapi juga diberikan teori yang sangat lengkap.
Karena, seorang yang ahli di bidang K3 memang tidak hanya mampu untuk mengoperasionalkan alat-alat penunjang tapi juga mampu dalam bidang manajemen risiko, sigap dalam mengondisikan ketika terjadi masalah dan sebagainya. “Kami senang, mahasiswa senang karena disambut baik oleh Pelindo 3,” ungkap Friska.
Diakui Friska, ahli K3 nantinya akan sangat diburuhkan perusahaan. Karena selama ini masih belum banyak lulusan di bidang ini dari perguruan tinggi. Apalagi, sudah ada aturan dari pemerintah, bahwa dalam satu perusahaan minimal ada satu karyawan yang ahli di bidang K3.
Dengan begitu, nantinya semakin banyak perusahaan yang membutuhkan tenaga ahli K3 yang sudah terlatih, handal dan tersertifikasi. “Selama ini tenaga K3 perusahaan hanya dari lulusan SMK atau SMA yang dilatih secara informal,” tukasnya. (end/rud/humas)