Surabaya – Pondok Pesantren (Ponpes) di Provinsi Jawa Timur telah mandiri dari segi mewadahi kebutuhan santri, tetapi masih belum mengembangkan potensi santri untuk kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu, Provinsi Jawa Timur mencanangkan sebuah program untuk mewadahi persoalan ini.
Melihat pentingnya aspek kesejahteraan masyarakat pondok pesantren, Ikatan Santri Alumni Salafiyah Syafi’iyah (IKSASS) Situbondo menggandeng One Pesatren One Produk (OPOP) Training Center Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pondok pesantren.
Direktur OPOP Training Center Unusa mengungkapkan ruang lingkup kerja sama ini meliputi kegiatan pemberdayaan santri dan alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah yang meliputi program santri wirausaha, pelatihan dan pendampingan produk santri dan alumni, serta kegiatan lainnya.
“Jumlah santri di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo melebih dari 12.000. Harus adanya pengawalan dalam bidang kewirausahaan, baik dari segi santri, pondok pesantren maupun alumninya, sehingga masyarakat pondok pesantren akan sejahtera,” imbuhnya saat ditemui di Kantor OPOP Training Center, Unusa Kampus B Jemursari Surabaya, Kamis (16/1).
Pria yang juga sedang menjabat sebagai Sekretaris Program OPOP Provinsi Jawa Timur ini menguraikan, bahwa OPOP adalah program yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan berbasis pesantren melalui pemberdayaan santri, pengurus pesantren, dan alumni. “Kita berusaha untuk memanfaatkan potensi pesantren yang belum digunakan dengan maksimal,” urainya.
Program yang baru diresmikan pada tanggal 7 Agustus 2019 ini, memiliki tiga pilar yang merupakan fokus utama untuk mengembangkan pesantren yang ada di Jawa Timur. Pilar yang pertama adalah santripreneur yang bertujuan untuk menumbuhkan bakat santri dalam membuat produk yang sesuai syariat dan memberi keuntungan. “Intinya kami berharap para santri memiliki jiwa wirausaha,” tegas Ghofirin.
Pilar yang kedua adalah pesantrenpreneur, yaitu program pemberdayaan ekonomi pesantren melalui koperasi pesantren yang menghasilkan produk halal dan dapat diterima di masyarakat. Salah satu program dari pilar ini adalah memberi pelatihan tata kelola kelembagaan koperasi pondok pesantren. “Kami juga akan memberi pelatihan mengenai bisnis koperasi dalam rangka pengembangan usaha,” ucap Ghofirin.
Dan pilar yang terakhir adalah sociopreneur yang bertujuan untuk mengembangkan potensi alumni pesantren dan bersinergi dengan masyarakat. Potensi yang dikembangkan adalah inovasi sosial berbasis digital secara inklusif.
Ghofirin berharap dengan adanya kerja sama ini, Program OPOP dapat bersinergi dengan pihak pondok pesantren maupun pihak alumni sehingga dapat mengembangkan potensi pesantren di Jawa Timur dalam segi kewirausahaan dan ekonomi masyarakat di daerahnya. “Target kami pada tahun 2023 dapat mencetak 1.000 produk unggulan dari kalangan pesantren,” pungkasnya. (Humas Unusa)