Surabaya – Bertujuan memperkokoh pondasi mencetak generasi rahmatan lil’alamin, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) gelar diskusi karakter sekaligus pemutaran film berjudul ‘Penjuru 5 Santri’.
Sebuah film berlatar belakang pondok pesantren yang mengajarkan kesederhanaan hidup, semangat tinggi menimba ilmu, serta kepatuhan kepada orangtua dan guru.
Diskusi karakter menghadirkan penyair nasional KH D Zawawi Imron yang sekaligus pemeran Kyai Landung, figur utama kyai di film ‘Penjuru 5 Santri’. Kegiatan yang digelar di Auditorium Tower Unusa, Kampus B, pada Jumat (20/12), dipandu langsung oleh Rektor Unusa Prof Dr Ir Achmad Jazidie M.Eng.
Film menceritakan petualangan lima sekawan, yakni Sabar, Wahyu, Slamet, Sugeng dan Rahayu yang tinggal di Desa Selopamioro, sekitar 40 km selatan Yogyakarta. Mereka mengaji di sebuah pondok pesantren nan asri yang diasuh Kyai Landung dan Gus Pras yang diperankan Rendy Bragi.
“Melalui film ini, kami ingin anak-anak Indonesia bisa mencintai tanah air, menghormati guru dan hidup damai. Indonesia adalah tanah air yang indah,” kata KH Zawawi Imron dihadapan ratusan mahasiwa dan sivitas akademik Unusa yang memadati Auditorium Unusa.
Penyair Celurit Emas ini mengutip pernyataan Rektor Universitas Al-Azhar Kairo saat berkunjung ke Indonesia dan mengatakan, keindahan Indonesia ibarat potongan surga yang diturunkan Allah SWT di muka bumi. Pernyatan yang menunjukkan kekaguman orang asing terhadap keindahan Nusantara.
“Menjaga keindahan Indonesia harus dijaga dengan hati yang indah, bertaqawa kepada Allah, budi pekerti dan akhlak yang indah. Itu yang harus diluruskan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak dan termasuk mahasiswa Unusa harus berbakti kepada Allah dan orang tua, mencintai tanah air, memperindah Indonesia dan memakmurkan Indoneisa,” tegas KH Zawawi.
KH Zawawi yang pernah dinobatkan sebagai penyair terbaik se-Asia ini menceritakan, bagaimana dia harus menerima istri pilihan orang tua. Sekarang terbukti, istri merupakan pendorong utama kesuksesan yang diraihnya selama ini.
“Hidup adalah ujian dan bukan surga yang serba indah. Hadapi ujian dengan hati yang bersih dan tidak membenci siapa pun. Dengan tidak memiliki rasa kebencian, kita tidak akan memiliki rasa ingin membalas dan tidak punya waktu untuk membenci orang lain, meski orang itu menyakiti kita,” pesannya.
Pada kesempatan itu, Rektor Unusa Prof Dr Ir Achmad Jazidie M.Eng ikut berpesan kepada mahasiswa Unusa agar selalu menghormati orang tuanya. Perbedaan pendapat yang muncul dalam suatu masalah, jangan selalu dijadikan kontroversi, namun justru bisa menjadi wawasan baru dalam berpikir dan bertindak.
“Jika kalian mengikuti pilihan orang tua. Terima dan lakukan dengan ikhlas, niscaya kalian akan mendapatkan keberkahan. Sebaliknya jika ada beda pilihan, buktikan bahwa pilihan kalian benar dan bermanfaat. Lakukan dengan ikhlas sehingga membawa pada manfaat yang positif,” pesan Rektor. (hap/Humas Unusa).