Surabaya – Jaringan pemasaran menjadi salah satu kesuksesan sebuah produk diterima baik oleh pasar. Karenanya jika ingin menjadi entrepreneur yang sukses sebaiknya mengenal dan memahami konsep jaringan pasar yang tepat sasaran.
Guna mengenalkan jaringan pemasaran kepada kalangan santripreneur, Dinas Koperasi Jatim bidang pemasaran, menggelar workshop OPOP, di Ponpes Sunan Drajat, pada Senin (4/11).
Ada tiga pemberi materi, yakni Direktur OPOP Training Center Unusa Mohammad Ghofirin S.Pd., M.Pd, Kepala Departemen Manajemen Bisnis ITS, dan perwakilan Tokopedia yang mengajarkan kepada santri bagaimana berjualan secara online
Sebanyak 50 santri mengikuti workshop tentang jaringan pemasaran tersebut. Para peserta berasal dari 10 ponpes yang ada di Lamongan. Lima perwakilan dari setiap ponpes merupakan santri yang berhasil membuat produk, guru pendamping, serta pengurus koperasi
Peserta hanya berasal dari 10 ponpes karena hanya merekalah yang memenuhi dua persyaratan utama workshop, yakni memiliki SMK mini atau SMK di dalam ponpes, serta memiliki koperasi ponpes.
“Tujuan workshop adalah mensinkronkan pontensi pemasaran yang dimiliki setiap ponpes, karena mereka punya SMK mini dan punya koperasi Ponpes,” kata Ghofirin.
Ghofirin dalam pemaparannya menyebut bahwa santri tugasnya belajar dan bukan bekerja. Jika ada santri yang berhasil membuat sebuah produk yang layak jual, tidak serta merta dia bakal menghabiskan waktu untuk mengurus produknya.
“Santri tidak mungkin diberi target basis produk. Santri itu targetnya peningkatan pemahaman, ilmu pengetahuan dan keterampilan,” katanya.
Oleh sebab itu, menurut Ghofirin, persoalan bisnis yang umum dihadapi santri dan pesantren adalah bisnis yang tidak bisa berkembang lebih besar. Juga susah diharapkan menghasilkan pendapatan berkelanjutan.
”Nah agar tidak sia-sia usaha si santri, maka harus ditangkap oleh pihak lain. Siapa itu? Ya tentu saja koperasi ponpes. Jadi kalau santri bisa membuat produk dan kemudian dikelola koperasi, maka hak merek atau hak paten, sertifikasi, atau izin edar bakal diurus koperasi,” paparnya.
Keberadaan koperasi tentu bakal sangat membantu santripreneur. Jika kekurngan modal, koperasi bisa membantu menyiapkan. Jika ada pesanan dalam jumlah besar, koperasi juga siap bantu.
“Maka akan terjadi siklus berkelanjutan. Akan terjadi kerjasama win-win solution antara pengurus SMK Mini dan pengurus koperasi ponpes,” kata Ghofirin.
Tak hanya KH Abdul Ghofur, para peserta pun merasa gembira mengikuti workshop tersebut. “Mereka sangat senang karena baru paham apa tujuan OPOP,” pungkas Ghofirin. (hap/Humas Unusa)