Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengajak para santri dan santriwati di pondok-pondok pesantren agar mulai membuka diri terhadap kewirausahaan (entrepreneurship). Harapannya bekal entrepreneurship bisa membawa kesejahteraan baik bagi diri sendiri maupun keluarga.
“Masih banyak pondok pesantren di Jawa Timur ini yang memisahkan antara ilmu agama sebagai inti pembelajaran di pesantren dengan ilmu kewirausahaan. Bahkan tidak sedikit yang melarang dan tidak memberikan ruang kepada para santri untuk belajar bisnis atau wirausaha (entrepreneur),” kata Mohammad Ghofirin, Kepala Humas dan Marketing Unusa di Ponpes Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo, pada Senin (28/10).
Tampil sebagai narasumber pada Workshop dan Deklarasi Gerakan Pendirian Faskes NU Jatim pada momen peringatan Hari Santri Nasional 2019 atas undangan Lembaga Kesehatan PWNU Jatim, Ghofirin mengungkapkan tiga hal yang sering menjadi kendala para santri untuk mulai berbisnis adalah waktu, permodalan, dan aturan.
Direktur OPOP (One Pesantren One Product) Jatim ini pun memaparkan menilik waktu santri mulai bangun tidur hingga tidur lagi, ternyata mereka mengaku masih ada luang waktu untuk melakukan bisnis. Hanya butuh kemauan dan motivasi yang kuat. Soal modal, semua paham santri tak memiliki banyak uang saat mondok, namun itu bukan menjadi kendala. Mereka bisa mencari orang sukses (alumni santri) yang bisa dipercaya untuk mengambil barang yang akan dijual terlebih dulu. Sistem ini mirip dengan agen atau reseller, hanya saja tak perlu keluar modal.
“Biasanya para alumni santri yang sudah sukses mau membantu adik-adik santri untuk ikut berbisnis. Peluang-peluang inilah yang bisa dimanfaatkan. Sedangkan terkait aturan, hal tersebut tak bisa dibicarakan secara normative karena terkait regulasi ponpes. Namun saya yakin para pengurus ponpes bisa mempertimbangkan hal positif terkait para santrinya, hanya saja dengan batasan-batasan tertentu ,” katanya.
Ghofirin sangat mengapreasi kegiatan penyuluhan entrepreneurship tersebut yang mengusung tema santripreneur. Harapannya bisa memberi tambahan ilmu kepada para santri dan juga para pengurus ponpes.
“Melalui kegiatan ini banyak pihak yang dicerahkan, baik para santri sekaligus para pengurus ponpes . Mudah-mudahan kegiatan yang digelar di ponpes Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo ini juga berdampak positif kepada ponpes lainnya,” kata Ghofirin.
Kegiatan ini sangat penting dan sangat diperlukan para santri agar memiliki pemahaman dan ketrampilan berwirausaha. Selain ilmu agama yang ditekuni para santri selama di ponpes. Terbukti, dari 200 santri yang menghadiri penyuluhan tampak antusiasme peserta sangat tinggi
“Banyaknya pertanyaan yang diajukan menandakan keingintahuan mereka tentang kewirausahaan tinggi. Kondisi itu tak bisa dibiarkan begitu saja, harus ada sarana penyalurannya. Paling tidak dengan kegiatan serupa yang membahas materi wirausaha ini, para santri bisa lebih paham dan tergerak memulai bisnis di usia dini,” kata Ghofirin. (hap/Humas Unusa).