Surabaya – Sivitas Akademika Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggelar pelatihan pendalaman terapi salat bahagia. Kegiatan sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya insani Unusa ini digelar di Kafe Fastron, lantai 3 Tower Unusa, Kampus B, Sabtu (12/10).
Materi pelatihan pendalaman terapi salat bahagia (PTSB) diberikan langsung Prof Dr Mohammad Ali Aziz M Ag, Founder Kun Yaquta Foundation, sekaligus penulis buku PTSB. Selain para dosen dan karyawan Unusa, turut hadir dalam pelatihan tersebut Wakil Rektor 1 Unusa Prof Kacung Marijan Drs MA PhD, Wakil Rektor 2 drg Umi Hanik M Kes, dan Wakil Rektor 3 Dr Ima Nadatien SKM M Kes.
“Pelatihan ini penting dalam menyeimbangkan lahiriah dan rohani kita. Karena Unusa ini berkembang bukan semata karena ikhtiar lahiriah kita, namun juga ikhtiar rohani. Keseimbangan rohani dan lahiriah inilah yang bisa mengantarkan kita sejauh ini. Mudah-mudahan, dengan ridho Allah, Unusa bisa berkembang menjadi salah satu universitas terbaik di Indonesia,” kata Prof Kacung.
Prof Kacung berharap pelatihan ini bisa memperkuat kepribadian insani Unusa. Tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri namun juga bermanfaat untuk organisasi. Pasalnya mengembangkan organisasi apapun tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan budaya organisasi (corporate culture)
“Corporate culture, basic-nya adalah nilai-nilai spiritual sebagai pondasi individu yang menjadi kualitas yang kita miliki. Apapun ikhtiar lahiriah yang kita lakukan tanpa pondasi yang kuat, tidak akan kokoh,” katanya.
Sementara itu dalam paparannya, Prof Ali Aziz mengajak seluruh sivitas akademika Unusa selalu mensyukuri nikmat Allah. Allah selalu memiliki rencana khusus, sebuah rencana yang bagus bagi seseorang, yang tak jarang kurang mereka sadari .
Prof Ali mengatakan jika bertemu atau mengalami sesuatu yang tidak mengenakkan, jangan bersedih atau marah. Pasalnya apapun yang terjadi itu merupakan rencana jangka panjang Allah. Prof Ali pun mencontohkan stroke yang dideritanya beberapa bulan, membuatnya tidak bisa bicara sehingga tidak bisa mengajar lagi.
“Seperti sakit saya, ternyata rencana Allah kepada saya adalah “kamu harus menulis buku”. Kalau saya tidak sakit, saya tidak menulis buku dan tidak bisa keliling dunia. Tadinya saya juga tidak memahami rencana besar dari Allah ini. Bahkan seringkali berburuk sangka kepada Alah. Padahal Allah sudah memiliki rencana besar dan memberi yang terbaik untuk kita. Terkadang apa yang engkau syukuri saat ini justru menjadi sumber malatapetaka di kemudian hari, apa yang engkau sukai saat ini, malah mencederaimu di kemudian hari,” paparnya.
Prof Ali mengingatkan tidak boleh mengeluh kepada Allah. “Jangan mengeluh , tapi laporkan semua masalahmu kepada Allah. Berceritalah kalian hanya kepada Allah, karena itulah yang disukai Allah. Jangan bercerita kepada orang per orang seakan-akan merekalah yang bisa membantu mengurai masalahmu,” tandasnya.
Masih katanya, berat ringannya suatu masalah tergantung dari cara berpikir dalam menghadapi masalah. Ia mencontohkan beban berat batu besar yang harus dipikul akan terasa ringan kalau berpikir bahwa batu yang dipikul merupakan emas yang menguntungkan.
“Karenanya banyak-banyaklah berdoa kepada Allah. Jangan tanggung-tanggung kalau meminta sesuatu kepada Allah. Waktu berdoa yang paling afdol adalah saat shalat dan bukan setelah shalat,” katanya.
Mira Nirmala Gita, karyawan Unusa mengatakan pelatihan terapi shalat ini perlu untuk menguatkan kembali iman dan rohani di tengah padatnya aktivitas kampus. “Bagi saya kegiatan ini adalah charging iman. Dan saya butuh itu,” katanya.
Mira menjelaskan terapi shalat ini mengingatkan kembali akan apa yang telah diajarkan ayahnya tentang kekhusyukan shalat. Sementara padatnya aktivitas, tak jarang membuat shalat sekadar menggugurkan kewajiban.
“Kalau shalat berjemaah, saya hanya mengejar pahala 27 kali saja. Tapi shalat bisa tepat waktu. Beda kalau shalat di rumah banyak molornya, namun bisa lebih khusyuk karena shalat sendiri. Dengan terapi ini, saya bisa mengingatkan kembali diri sendiri untuk meningkatkan kualitas shalat saya,” katanya. (hap/Humas Unusa)