Surabaya –Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mewisuda 703 mahasiswa untuk periode kedua tahun akademik 2018-2019, Rabu (11/9). Dari jumlah tersebut dinyatakan 515 mahasiswa lulus dengan predikat cumluade yang didominasi perempuan.
Rektor Unusa, Prof Dr Achmad Jazidie M.Eng, mengatakan, mulai tahun pelajaran 2018-2019, Unusa melaksanakan wisuda sebanyak dua kali, periode pertama pada Maret dan kedua pada September ditahun akademik tersebut. “Kebijakan dua kali wisuda ini untuk memberikan kesempatan kepada para lulusan agar bisa segera terjun ke masyarakat dalam mengamalkan ilmu yang telah didapat semasa perkuliahan,” katanya.
Dengan pola dua kali wisuda dalam satu periode tahun akademik ini, kata Jazidie menambahkan, selain memberikan kesempatan kepada para mahasiswa, juga membuktikan jika produktivitas Unusa makin lama makin baik. “Ini menandakan jika input mahasiswa Unusa makin lama makin baik dan Unusa tidak ingin menunda bagi mahasiswa yang sudah menyelesaikan serangkaian tugas akademiknya untuk segera diwisuda,” katanya.
Bersamaan dengan berupaya meningkatkan produktivitas tersebut, kata Rektor mengungkapkan, pihaknya juga terus meningkatkan kualitas lulusan, antara lain dengan meningkatkan skor penguasaan Bahasa inggris lewat nilai TOEFL sebelum kelulusan, jika sebelumnya hanya 450 ke depan akan ditingkatkan minimal pada skor 500.
Didominasi Perempuan
Sementara dalam wisuda ini, 515 mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude, terbanyak dari program studi D3 Kebidanan sebanyak 97 cumlaude. Selain lulusan cumlaude, rektor juga menetapkan wisudawan terbaik bagi wisudawan yang tidak hanya memiliki IPK di atas 3,5 tapi juga lulus tepat waktu dan mengumpulkan nilai kegiatan yang cukup tinggi. Sebanyak 12 orang ditetapkan menjadi wisudawan terbaik. Selain mendapatkan piagam, mereka juga akan mendapatkan hadiah dalam bentuk tabungan.
“Unusa tidak hanya menghargai kemampuan akademik tapi juga memberikan apresiasi terhadap capaian kegiatan dan aktivitas lain dari mahasiswa yang aktif dalam berkegiatan di kampus dan di luar kampus,” katanya.
Selain kedua belas mahasiswa terbaik tersebut, dalam wisuda kali ini, Unusa juga mencatat seorang wisudawti tertua dari Program Bunda PAUD. Nama wisudawan tertua tersebut adalah Maria Lidwina Endang Suwarni.
Apa yang mendorong Maria untuk kuliah ? “Kalo dari usia memang tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Lah wong insentif dari Pemkot untuk guru-guru PAUD diperuntukkan bagi mereka yang usia muda, itu pun ada yang tidak dapat. Tapi saya ingin memberi contoh bahwa tidak ada halangan untuk bisa mencapai gelar sarjana,” kata Maria yang mengaku menerima insentif tiap bulan hanya Rp 50 ribu dari pengelola PAUD di daerahnya, Manukan Kulon, Tandes, Surabaya.
Bagi Maria, apa yang telah dicapainya ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri, tapi katanya, dirinya tetap harus rendah diri dan tidak boleh sombong. Ia berharap dapat menjadi contoh untuk cucunya yang kini berjumlah lima orang. “Cucu pertama saya juga akan diwisuda pada November mendatang. Usia dan fasilitas bukan halangan buat saya, apalagi anak-anak mendorong agar saya bisa menyelesaikan kuliah,” kata anggota tim Penggerak PKK Kelurahan Manukan. (hap/Humas Unusa)