Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (FK Unusa) memberi penyuluhan kepada 50 kader santri husada Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) di Pondok Pesantren Al Hikam Bangkalan, pada Minggu (1/9). Penyuluhan kader ini sebagai bagian dari kegiatan pelaksanaan program hibah Kemenristekdikti untuk pengabdian masyarakat (pengmas) pendirian Poskestren Ponpes Al Hikam Bangkalan dengan skema program kemitraan masyarakat.
Pendirian Poskestren PP Al Hikam Bangkalan dilaksanakan sejak Mei 2019 dan direncanakan selesai Oktober 2019. Tim pelaksana program hibah pengmas ini adalah Tri Wahyuni Bintarti, ST, MSi sebagai ketua pelaksana dan dua anggota yakni Dr Handayani dr Mkes dan Rizky Putri Nourma Budiarti ST MT.
“Program kita adalah membangun atau membentuk Poskestren PP Al Hikam Bangkalan. Rencananya akan dibentuk ruangan tersendiri dengan nama pos kesehatan pesantren Pondok Pesantren Al Hikam. Nantinya ruangan dilengkapi dengan ruang periksa dengan satu – dua bed untuk observasi,” kata Dr Handayani, anggota tim hibah Poskestren.
Dr Handayani, yang juga dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unusa mengatakan program ini dibawah pengawasan puskemsas setempat. “Jadi kita membuatkan poskestren dengan petugas-petugasnya dan program-porgramnya beserta para kader yang diberi nama Kader Santri Husada. Kami bekerja sama dengan Puskesmas Burneh, Bangalan yang juga ikut membimbing dan mengawasi para kader,” katanya.
Lebih jauh dia menjelasakan kegatan poskestren meliputi promotive, preventif, dan kuratif yang sederhana. Promotif artinya santri memberikan penyuluhan atau mengajak temannya untuk berperilaku sehat. Contohnya menjaga kesehatan diri dan lingkungan, makanan sehat, dan perilaku hidup sehat lainnya yang akan ditularkan kepada teman-teman lainnya.
Preventif artinya mencegah penyakit, mereka juga diajarkan bagaimana mencegah penyakit, utamanya penyakit menular di pondok yakni scabies (kudisan). Juga penanggulangan penyakit demam berdarah dengan memantau kondisi kamar mandi apakah bak air ada jentiknya atau tidak, pemberantasan jentik dengan cara apa saja.
“Juga, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Misalnya ada teman yang mendadak sakit atau kecelakaan, mereka diajarkan bagaimana penanggulangan awal sebelum dibawa ke puskesmas. Kalau ada teman sakit demam, mereka bisa memberikan pengobatan sementara sebelum dibawa ke dokter, Itu juga ada pelatihannya,” kata Tri Wahyuni.
Pelatihan kepada 50 kader rencananaya dilakukan dalam tiga kali pertemuan dengan total 9 modul. Masing-masing pertemuan meliputi 3 modul, harapanannya para kader bisa menyerap dan memahami secara berkelanjutan.
Setelah disiapkan kader, tim juga akan membuatkan struktur organisasinya. “Setelah siap nanti poskestren akan diresmikan dan para pengurus akan dilantik. Rencananya peresmian dan pelantikan akan dilaksanakan akhir September atau awal Oktober,” katanya.
Tim Hibah Pengmas Unusa berharap pendirian poskestren ini akan meningkatkan kesehatan baik para santri dan lingkungan di ponpes secara berkelanjutan.
“Tahun depan penyuluhan juga akan diberikan kepada kader santri adik kelas. Sementara santri yang telah lulus dari pesantren diharapkan bisa membawa pengetahuan dan perilaku hidup sehat di lingkungan barunya. Bagaimana pun juga santri diharapkan bisa menjadi panutan saat terjun ke masyarakat, baik sebagai tokoh masyarakat, guru ngaji, guru di sekolah,” kata Dr Handayani. (hap/Humas Unusa)