Surabaya – Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggelar yudisium mahasiswa lulusan tahun ajaran 2018/2019. Kegiatan yang digelar di Auditorium lantai 9, Tower Unusa, Kampus B, Selasa (27/8) ini dihadiri Wakil Rektor 2 Unusa drg Umi Hanik MKes, Wakil Rekor 3 Unusa Dr Ima Nadatien SKM MKes, Dekan FKK Yanis Kartini SKM M Kep, serta para dosen dan mahasiswa FKK Unusa.
Tahun ini yudisium FKK Unusa juga menghadirkan psikolog dari Unair Dr Dewi Retno Suminar yang memberi pembekalan kepada para lulusan tentang penguatan personality skill dan profesionalisme di dunia kerja. Pada wisuda semester II tahun ajaran 2018/2019 ini, FKK Unusa meluluskan sebanyak 455 mahasiswa.
Pada pidato pembukaan, Warek 3 Unusa Dr Ima Nadatien mengatakan mahasiswa harus memahami wawasan dunia kerja yang tidak sama dengan di bangku kuliah. Selama belajar di kampus dengan beraneka sifat dan karakter, mahasiswa juga harus belajar untuk menyesuaikan diri, memahami, dan beradaptasi bagaimana menempatkan diri yang baik agar bisa berinteraksi dengan lingkungan.
“Di era revolusi industri 4.0 ini tidak lagi dibutuhkan persaingan mana yang paling unggul atau paling pintar. Yang terpenting adalah sinergi, saling bekerja sama dan berkomunikasi. Tidak ada lagi bekerja sendiri dan tidak membutuhkan orang lain,” katanya.
Apalagi, lanjut Dr Ima, bekerja di bidang kesehatan, di mana tugas kita adalah mengubah masyarakat menjadi berperilaku hidup bersih dan sehat. Hal itu tak hanya perlu knowledge saja, tapi juga softskill dalam mendampingi masyarakat.
“Jadi, ketika adik-adik melamar suatu pekerjaan, tidak cukup hanya berbekal IPK tinggi yang tertera dalam transkip saja. Namun perlu pembekalaan diri agar memiliki softskill yang memadai. Ingatlah bahwa softskill memberi kontribusi hingga 60 persen terhadap kesuksesan seseorang,” pesan Dr Ima.
Sementara itu psikolog Dr Dewi Restno Sumilar mendorong para lulusan untuk selalu percaya diri dalam menjual potensi kemampuan masing-masing. “Setelah lulus, ada kekhawatiran dan kecemasan mahasiswa memasuki dunia kerja. Ini timbul karena beban adanya tuntutan dari masyarakat bahwa setelah lulus harus bisa mendapat pekerjaan,” katanya.
Menyikapi kondisi tersebut, Dr Dewi berpesan agar kondisi tersebut jangan disikapi sebagai ancaman, tapi sebagai sebuah tantangan. Dengan begitu mahasiwa selalu bersemangat memasuki dunia kerja.
“Paradigma yang harus dibentuk, setelah lulus saatnya untuk berbagi ilmu dengan orang lain di manapun berada. Semangatnya adalah bekerja, jangan mencari uang semata karena akan melihat gaji saja. Sebaliknya bekerja untuk belajar menerapkan apa yang sudah diajarkan,” tandasnya.
Sementara itu Dekan FKK Yudisium FKK Yanis Kartini SKM mengatakan tahun ini yudisium juga diisi dengan pembekalan diri bagi para calon lulusan agar siap memasuki dunia kerja. “Dengan mendatangkan pakar. Kami berharap para calon lulusan bisa menyerap bekal yang diberikan dalam meningkatkan kepercayaan diri dan personality skill,” katanya. (hap/Humas Unusa).