Surabaya – Tiga mahasiswa Valaya Alongkorn Rajabhat University (VRU), Prathum Thani, Thailand, berpamitan kepada sivitas akademika Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dalam farewell event sea teacher program batch 8 di Kafe Fastron, lantai 3 Tower Unusa, Kampus B, Jemursari, pada Senin (26/8). Ketiganya adalah Chatchai Sukhom (Joe), Marzukee Abdulwaris (Marzukee), dan Roongroj Kahawong (James).
Selama tiga pekan, mereka telah mengikuti pertukaran mahasiswa Unusa dalam Program Sea Teacher Batch 8 yang diselenggarakan SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization). Selain pengalaman mengajar di SD Khadijah Surabaya, mereka juga banyak menikmati suasana kota Pahlawan, wisata kuliner serta wisata alam Gunung Bromo.
“Hal yang paling bikin saya takjub adalah tempat wisata alamnya, terutama Bromo. Sebelum ke Indonesia saya sangat ingin pergi ke Bromo. Pasalnya kita juga pernah membuat penelitian tentang wisata dan, salah satunya Bromo di Indonesia,” kata Joe.
Begitu sampai di Surabaya akhir Juli 2019, mereka pun langsung minta diantar ke Bromo tanpa menghiraukan badan lelah usai perjalanan jauh. Menurut mereka, serasa belum pernah Surabaya dan Indonesia jika tidak berkunjung ke Bromo
“Mereka ingin sekali melihat Bromo. Padahal pasca erupsi kawasan Bromo belum begitu aman. Akhirnya saya ajak kesana, bahkan mereka naik hingga puncak meski deg-degan juga. Alhamdulillah mereka senang sekali melihat keindahan alam Bromo. Setiap sudut lokasi Bromo mereka ambil gambarnya hingga ratusan foto,” papar Edi Pujo Basuki, M.Pd yang mendampingi ketiganya selama perjalanan.
Tak hanya keindahan alam Indonesia, ketiganya juga sangat menyukai keramahan masyarakat Indonesia , ragam budaya dan aneka kuliner.
“Saya paling suka dari Indonesia, terutama Surabaya adalah orang-orangnya ramah, budayanya banyak. Ayam geprek adalah makanan yang paling saya suka. Di sini banyak juga yang pedas, tapi di Thailand makanannya lebih pedas. Jadi saya tidak terlalu sulit dengan makanan di sini,” kata James.
Lain James, lain lagi kesukaan Marzukee terhadap makanan di Surabaya. “Kalau makanan di Indonesia kebanyakan manis dan asin. Di sini saya suka makan sate, gado-gado, nasi goreng, dan bakso,” kata Marzukee, satu-satunya muslim di antara mereka.
Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, di Surabaya sudah banyak supermarket sehingga tidak menyulitkan mereka untuk mendapatkan barang-barang yang dibutuhkan. Menurut Marzuke tarif grab di Indonesia lebih murah dibanding di Thailand. Dan dia mengaku paling takut menyebrang jalan.
“Masalah yang saya temukan disini adalah kemacetan. Menurut saya kemacetan karena para pengendara sepeda motor sangat bebas di jalan. Apalagi saat saya ingin menyeberang jalan, terasa sangat bahaya. Walaupun sudah ada zebra cross, tetap saja bikin saya takut,” katanya.
Banyaknya pengalaman tersebut membuat mereka merasa senang mendapat kesempatan mengikuti pertukaran mahasiswa dengan Unusa. Ketiganya berjanji untuk menyebarkan informasi tentang keindahan alam Bromo dan ragam kuliner Indonesia. Sebagai tanda terima kasih mereka pun secara khusus mempersembahkan atraksi thaiboxing.
“Seluruh sivitas akademika Unusa selalu terbuka dengan siapa saja yang ingin belajar tentang Indonesia. Sebaliknya nanti kami juga akan mengirim mahasiswa kami ke negara tetangga seperti Philipina atau Thailand, sesuai dengan program Sea Theacher. Selamat kepada kalian bertiga, sampai di Thailand jangan lupa kabarkan hal-hal baik yang telah kalian alami di sini,” pesan Wakil Rektor 1 Unusa Prof Kacung Maridjan kepada ketiganya. (hap/nrl/Humas Unusa)