Surabaya – Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggelar kuliah pakar yang membahas peran ilmu kedokteran dalam pengembangan revolusi industri 4.0, dari dasar hingga klinik. Kedua narasumber yang dihadirkan yakni Prof Chiou-Feng Lin dari Taipei Medical University dan Prof Michio Shimabukuro MD PhD Departement of Diabetes, Endocrinology and Metabilism Fukushima Medical University.
Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unusa Dr Handayani MKes mengatakan kuliah pakar ini dilaksanakan dalam rangka dies natalis ke-6 Unusa dan dies natalis ke-5 FK Unusa. Kegiatan digelar di Kafe Fastron lantai 3 Tower Unusa Kampus B, Jemursari Surabaya, Minggu (14/7).
“Kehadiran Prof Chiou Feng Lin merupakan implemetasi dari kerjasama yang sudah terjalin antara Unusa dengan Taipei Medical Education. Sedangkan kerjasama bidang pendidikan dan riset dengan Fukushima Medical University masih dalam proses. Oleh karenanya kami mengundang Prof Michio Shimabukuro sebagai marasumber dalam kuliah pakar. Kebetulan salah satu dosen Unusa yaitu dr Hotimah Masdan Salim PhD merupakan lulusan Fukusima Medical University,” papar Dr Handayani.
Selain menghadirkan pakar, implementasi kerjasama Unusa dengan Taipei Medical Education (TMU) yakni satu dosen FK Unusa sedang mengikuti program doktor. Beberapa minggu kedepan juga ada 2 dosen mengikuti short course bidang Farmakologi dan kosmetik di TMU. “Mahasiswa program profesi FK Unusa nantinya ada mata Kuliah Elektif international medicine di rumah sakit TMU,” katanya.
Sementara itu pada kesempatan kuliah pakar tersebut, Prof Chiou-Feng Lin dari TMU memaparkan tentang kemajuan bidang imunologi yang dapat mencegah dan mengendalikan berbagai penyakit tropis (tropical disease) seperti TBC, DHF/DBD, Thypoid, Hepatitis.
Sebagaimana diketahui setiap awal musim hujan DHF/DBD selalu menjadi masalah di berbagai provinsi dengan angka kematian yang tinggi. Meski di Indonesia sudah lama ada program imunisasi TBC, tapi kasus penyakit ini tetap tinggi. Bahkan saat ini Indonesia menjadi negara penyumbang terbesar kasus TBC dunia.
“Hepatitis juga perlu menjadi perhatian. Baru saja terjadi outbreak atau KLB hepatitis A di Pacitan. Semetara hepatitis B dan C banyak menyebabkan kematian akibat penyakit sirosis hati dan kanker hati,” katanya.
Prof Michio Shimabukuro MD PhD membahas peningkatan obesitas diberbagai negara, termasuk Indonesia yang berada diperingkat 10 dunia. Penyakit metabolik sepert diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovascular disease) banyak mengakibatkan resiko kematian.
“Perlu promosi dan edukasi kepada masyarakat tentang pengaturan diet dan kebiasaan olahraga untuk menghindari penyakit metabolik dan kardiovaskuler. Resiko kedua penyakit ini bertambah pada perokok, aktif maupun pasif. Karena itu penting adanya regulasi untuk mengurangi jumlah perokok. Berbagai cara perlu diakukan agar masyarakat menyadari bahwa merokok membahayakan diri dan keluarganya,” pungkasnya. (hap/Humas Unusa)