SURABAYA – Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) jadi tuan rumah pertemuan tahunan Forum Kedokteran Islam Indonesia (FOKI). Mengambil tema “Empowering Community for Health Status Improvement”, pertemuan itu akan membicarakan peran fakultas kedokteran Islam di Indonesia terkait dengan upaya pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan status kesehatan.
“Kegiatan ini merupakan serangkaian acara Surabaya International Health Conference (SIHC), yang merupakan agenda dua tahunan pertemuan ilmiah di bidang kesehatan yang digagas Unusa. Secara kebetulan tahun ini juga peringatan Dies Natalis Unusa ke-6, sehingga semua dijadikan satu,” kata Wiwik Afridah, SKM., M.Kes, selaku Ketua SIHC.
Dekan Fakultas Kedokteran Unusa, Dr. Handayani, M.Kes mengatakan, pertemuan rutin tahunan FOKI ini akan diikuti 30 delegasi dari Fakultas Kedokteran di Indonesia, dan Wakil Ketua Federation of Islamic Medical Association (FIMA), Prof. Abdul Rashid bin Abdul Rahman. “Pertemuan ini sebagai momentum tepat bagi seluruh anggota FOKI untuk saling bertukar pikiran terkait upya mensinergikan energi tiga pilar antara rumah sakit, perguruan tinggi, dan masyarakat,” katanya.
Sebetulnya, kata Handayani menambahkan, tiap fakultas kedokteran yang berbasis Islam sudah memiliki konsep untuk menyinergikan antara rumah sakit, perguruan tinggi, dan masyarakat. “Unusa misalnya, dalam upaya menjalankan tiga pilar itu menjadikan PosKesTren (Pos Kesehatan Pondok Pesantren) sebagai ujung tombak dalam memberikan layanan kesehatan menuju peningkatan status kesehatan di lingkungan pondok pasantren. Unusa juga sudah menyiapkan mahasiswa untuk bisa bekerja di Rumah Sakit Syariah, tapi mungkin masih ada kekurangan yang harus dibenahi,” katanya.
Hal lain yang menjadi topik dalam pertemuan itu adalah terkait dengan ilmu kedokteran Islam yang dipadukan dengan kedokteran modern seperti pemanfaatan bekam dan ruqyah yang dalam Islam itu cukup dikenal,” katanya.
Menurut Handayani, jika sinergi energi tiga pilar berjalan baik, maka Islam akan lebih eksis dan dikenal sebagai agama rahmatan lilalamin pada tingkat global. Apalagi, memasuki era revolusi industri 4.0 dengan berbagai perubahan dan disruption menjadi tantangan sekaligus peluang yang harus dihadapi perguruan tinggi.
Sementara Wiwik Afridah, menambahkan, ada beberapa agenda dalam SIHC, selain pertemuan FOKI juga diagendakan pertemuan dengan antara Unusa dengan University of Northern Pilipina (UNP) yang membahas tentang implementasi kerjasama di bidang penelitian serta pertukaran mahasiswa dan dosen, khususnya untuk bidang keperawatan dan kebidanan.
“Selain itu digelar acara workshop leadership yang di selenggarakan secara online dengan topik Leadership Course on Tobacco Advocacy, beberapa pembicara dalam acara ini antara lain datang dari Turki, Malaysia dan Thailand. “Di beberapa pondok pasantren di Turki punya budaya yang hampir sama seperti di Indonesia tentang rokok. Pembicara akan berbagi pengalaman terkait dengan upaya-upaya gerakan pencegahan anti tembakau atau anti rokok,” katanya. (hap/Humas Unusa)