SURABAYA – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menargetkan dua jurnal yang dimilikinya masuk Scopus atau terakreditasi secara internasional di tahun 2022. Saat ini, dua jurnal Unusa sudah terakreditasi nasional Sinta5.
“Strategi kami adalah fokus membina beberapa jurnal Unusa yang pengelolanya serius untuk mendapatkan akreditasi nasional (Sinta) dan internasional (Scopus),” kata Dr Ubaidillah Zuhdi S.T., M.Eng., M.SM, Ketua Bidang IV Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unusa, pada kegiatan ‘Pendampingan Akreditasi Jurnal’ (PAJ), di Ruang LSP, Lantai IV Unusa Tower, Kampus B, Jemursari, pada Kamis (23/5/2019).
Kegiatan PAJ diikuti para pengelola 12 jurnal milik Unusa. Muhammad Ratodi ST, MKes, asesor Arjuna (Akreditasi Jurnal Nasional) tampil sebagai pemateri. Dia memaparkan teknis pengisian Borang Akreditasi atau persyaratan bagi sebuah jurnal agar mendapatkan Sinta dalam sistem Arjuna Kemenristekdikti.
“Target kegiatan PAJ adalah semakin banyak jurnal milik Unusa yang terakreditasi nasional. Dengan pendampingan diharapkan bisa memberi informasi kepada para pengelola jurnal agar terpicu segera mendapat Sinta. Termasuk tips dan triks agar lolos mendapat akreditasi,” papar Ubaidillah.
Saat ini, dari total 12 jurnal yang aktif, sudah dua jurnal Unusa yang masuk Sinta5, yakni Journal of Health Sciences (JHS) atau Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Business & Finance Journal (BFJ). “Mudah-mudahan segera ada peningkatan,” katanya.
Sinta memiliki level 1 (tertinggi) hingga 6 (terendah). Unusa tentu saja berharap bakal semakin banyak jurnalnya yang mendapatkan Sinta. “Tentu bakal sangat membanggakan Unusa kalau banyak jurnal kita memiliki Sinta1,” lanjut Ubaidillah.
Sebuah jurnal yang berfungsi menampung tulisan atau publikasi ilmiah memang membutuhkan keseriusan dan komitmen dari para pengelolanya agar bisa terakreditasi secara nasional. Perlu minimal 2 tahun dengan total 4 edisi yang terbit secara periodik.
Itupun masih ada syarat, tulisan ilmiah yang dimuat di setiap edisi merupakan hasil karya penulis eksternal 60 persen dan internal 40 persen. Oleh sebab itu, pengelola sebuah jurnal yang masih baru terbit harus aktif dan pandai melobi agar para penulis ilmiah bersedia memberi tulisannya untuk dimuat.
“Penulis kan pasti berpikir kalau harus memberikan tulisannya kepada jurnal yang masih baru. Itu justru tantangan buat pengelola untuk meyakinkan penulis agar mau memasukkan papernya ke jurnal Unusa,” papar Ubaidillah.
Namun Ubaidillah optimis beberapa jurnal milik Unusa bakal segera menyusul JHS dan BFJ. “Kami inshaallah tetap optimis beberapa jurnal miliki Unusa bakal terakreditasi Sinta,” pungkasnya.(hap/Humas Unusa)