Surabaya – Dharma Wanita Persatuan Kota Surabaya bekerja sama dengan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menyiapkan pendidik handal anak usia dini. Manifestasi kerja sama tersebut salah satunya diwujudkan dalam gelaran festival seni anak se-Kota Surabaya.
“Kerjasama dengan Prodi S1 PG Paud Unusa ini untuk menyiapkan guru-guru sebagai ujung tombak masyarakat dalam menyiapkan softskill yang bagus pada anak-anak usia dini,” kata Ketua Dharma Wanita Persatuan Kota Surabaya , Iis Hendro Gunawan di sela Festival Seni Anak se-Kota Surabaya di Mall Ciputra World, Selasa (25/6).
Iis yang juga Ketua Gabungan Organisasi Penyelanggara (GOP) Taman Kanak Indonesia (TKI) Surabaya menjelaskan softskill anak sejak usia dini menentukan bagaimana mereka tumbuh dewasa dan menjadi pemimpin. “Dan kita membutuhkan pemimpin yang sangat luar biasa secara akhlak dan spiritual. Yang bagus, dimulai dari usia dini,” imbuhnya.
Saat ini ada lebih dari 783 PAUD non formal yang dikelola RW di Kota Surabaya. Setiap PAUD non formal sudah memiliki guru pendamping PAUD dan semuanya berkualitas.
“Alhamdulilah, kerjasama yang baik Unusa dengan kami, bisa mencetak guru yang handal untuk mendukung anak-anak menjadi anak yang luar biasa dalam mencapai level terbaiknya,” katanya.
Iis mengatakan penangangan anak usia dini 0-5 tahun di Kota Surabaya terbagi beberapa elemen. Yakni di PAUD dan bina keluarga balita ada 783, sedangkan Taman Kanak (TK) ada 1200 sekolah dan PAUD formal atau playgrup ada 900 sekolah.
“Pendidikan utama ada di keluarga. Dengan jumlah tersebut cukup bagi kita untuk bisa menyinergikan manfaat terbaik bagi pendidikan anak usia dini,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama Rektor Unusa Prof Dr Ir Achmad Jazidie MEng mengatakan festival seni anak tahun ini digelar untuk keempat kalinya. Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa PG PAUD dapat mengenal lebih konkrit persoalan di lapangan.
“Secara formal kegiatan ini merupakan ujung dari proses belajar mengajar tiga mata kuliah. Yakni seni rupa, seni tari dan seni musik. Bentuk ujian akhir semesternya mahasiswa PAUD membuat karya nyata ketiga mata kuliah tersebut. Kemudian mereka bekerja sama menggagas dalam sebuah festival seni anak ini,” paparnya.
Prof Jazidie menilai persoalan yang lebih krusial saat ini penanganan anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) yang perlu ditingkatkan. Ini karena kurangnya tenaga pendamping ABK. Dan ini perlu kerja sama terus menerus antara pemkot dengan lembaga pendidikan untuk mempersiapkan tenaga pendidik anak usia dini dan ABK.
“Sejauh ini perhatian Pemkot Surabaya sudah sangat luar biasa terhadap pendidikan anak usia dini . Tidak hanya di PAUD, namun juga bagaimana mencegah tingginya angka kematian bayi lahir dan ibu . Ini bagian dari mempersiapkan anak-anak bertumbuh kembang sempurna menjadi pemimpin bangsa,” katanya. (hap/Humas Unusa)