Surabaya – Peluang dan potensi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kesehatan semakin strategis menghadapi era revolusi industri 4.0. Di satu sisi, kompetensi alumnus SMK Kesehatan menjadi tuntutan dari kalangan industri yang harus dihadapi.
Guna mendukung kesiapan SMK Kesehatan di Jawa Timur, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggelar seminar bertema “Peluang dan Tantangan SMK Kesehatan di Era Revolusi Industri 4.0’. Seminar yang digelar di Kafe Fastron lantai 3, Tower Unusa, Kampus B, Jemursari, Surabaya, pada Rabu (19/6/2019), dihadiri puluhan guru SMK se-Jatim.
Dalam seminar tersebut, sekaligus ditandatangani kerja sama antara Unusa dengan Persatuan SMK Kesehatan Indonesia (Persemki) Jatim. Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh Rektor Unusa Prof Achmad Jazidie MEng dan Ketua Persemki Jatim Drs M Fatchul Djinan Ch.
“Unusa siap memfasilitasi pendampingan dan bimbingan pendidikan SMK Kesehatan, terkait permasalahan dan masa depan layanan kesehatan. Tujuannya agar lulusan SMK Kesehatan ke depan punya pendampingan penyusunan kurikulum,” kata Prof Achmad Jazidie usai MoU.
Dalam kerja sama tersebut, lanjut rektor, Unusa juga melakukan pendampingan kegiatan-kegiatan pengembangan laboratorium, sertifikasi profesi untuk lulusan SMK Kesehatan, pemanfaatan teknologi informasi belajar mengajar di SMK.
“Selama ini Unusa telah mendampingi beberapa guru BK untuk layanan bimbingan dan pemanfaatan teknologi informasi. Unusa juga memiliki serbuk sebagai teknologi informasi mengelola perpustakaan dan sudah diterapkan di beberapa SMA di Jatim,” katanya.
Di tempat yang sama, M Fatchul Djinan menyambut positif kerja sama dengan Unusa. “Selama ini SMK Kesehatan tak ada kesempatan dan sarana untuk melakukan penelitian dan pengembangan. Sedangkan ilmu kesehatan itu tidak stagnan, tiap detik selalu berubah menuju arah kemajuan,” katanya.
Menurut Fatchul sebagai perguruan tinggi, Unusa tentunya memiliki sarana yang lebih komplit. Oleh karenanya, Persemki Jatim berharap Unusa bisa menularkan ilmunya agar SMK Kesehatan tidak ketinggalan jauh.
Tantangan yang sampai sekarang menjadi ganjalan adalah alumnus SMK kesehatan masih kesulitan jika ingin mendaftar ke fakultas kedokteran (FK). Ini sangat berbeda di China. Pasalnya, di negara tersebut alumnus SMK Kesehatan justru mendapatkan beasiswa.
“Karenanya, kami berharap Unusa memiliki terobosan baru sebagai solusinya. Entah bagaimana formulanya, kita berharap lulusan SMK Kesehatan bisa melanjutkan ke FK tanpa ada hambatan,” katanya.
Tentang harapan tersebut, Prof Jazidie mengatakan calon mahasiswa baru yang ingin melanjutkan ke FK adalah lulusan sekolah menengah dari jurusan IPA. “SMK Kesehatan kan dekat dengan IPA,” kata Jazidie. (hap/Humas Unusa)