Surabaya – Pelajaran numerik makin strategis dalam pengembangan teknologi di era revolusi industri 4.0. Namun jika belajar matematika hanya sebatas pada memelototi jajaran angka, tentu bakal monoton dan membosankan.
Guna menarik minat dan mendorong semangat anak-anak belajar matematika, lima mahasiswa Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menciptakan Papan Madubala atau Matematika Dunia Belajarku. Mereka adalah Fitriani Rafika Sari, Isna Ruhamaul Badriyah, Nur Fauziah Salsabila Soebijantoro Putri dan Anggi Rista Yuliarno.
Media pembelajaran inovatif Papan Madubala ini ternyata berhasil menarik minat belajar anak-anak jalanan (anjal) di Sanggar Alang-Alang, Terminal Joyoboyo, Gunungsari, Surabaya. Alhasil, program kreasi mahasiswa (PKM) bidang pengabdian kepada masyarakat ini lolos memperoleh dana hibah dari Kemenristekdikti.
“Selama ini anak-anak di Sanggar Alang-Alang hanya diajarkan kesenian, musik dan rohani. Sementara matematika sudah tidak lagi diajarkan karena tidak diminati anak-anak,” kata Ketua Tim Fitriani Rafika Sari.
Fitri pun bersyukur melihat anak-anak sanggar kembali antusias belajar matematika setelah diperkenalkan Papan Madubala.
Metode dengan media pembelajaran inovatif ini memadukan pembelajaran audio, visual dan kinestetik (praktik), agar kegiatan belajar-mengajar tidak monoton.
“Metode ini kami ajarkan pada anak-anak usia 7-8 tahun atau setara siswa SD kelas 1-2 dan kelas 3-4. Harapannya, jika sejak dini mereka sudah merasa asyik belajar matematika, ke depan bisa lebih mudah bagi mereka untuk mempelajari matematika,” paparnya.
Fitri menerangkan Papan Madubala dilengkapi dengan spinner dan kotak teka-teki. Spinner sebagai tempat soal yang digambarkan dengan tokoh idola anak-anak kekinian, seperti Adel tokoh kartun Sopo Jarwo, pak Somad tokoh kartun keluarga Pak Somad. Sedangkan kotak teka-teki berisi angka dalam bentuk gambar jeruk, nanas, ikan, telur, pisang, ayam, mangga, dan es krim. Metode ini meliputi enam operasional, yakni pengenalan angka, penjumlahan, penguranagn, perkalian, pembagian, dan satuan angka.
“Visual sengaja kami pilih yang sangat familiar dengan anak-anak, seperti tokoh Adel, pak Somad, juga es krim, ayam. Dengan begitu mereka merasa tertarik dan semangat untuk mengikuti kegiatan belajar matematika,” katanya.
Sukses mengajar matematika di Sanggar Alang-Alang, tim PKM Unusa akan memperbanyak Papan Madubala. Papan berukuran 50×60 cm ini diperuntukkan pembelajaran operasional matematika kelas 1 dan kelas 2 SD. “ Kami juga berencana membuat blog atau media online penerapan papan madubala yang bisa di kunjungi secara online,” katanya. (hap/Humas Unusa)