Surabaya – “Garuda cukup di dadaku, kalau kalian para santri ada di hatiku,” kata penyair KH D Zawawi Imron menyapa hadirin pada Haflah Ayo Mondok dan Megengan yang digelar Univeritas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dan TV 9, Jumat (3/5/2019) malam. Sontak suara lantang ‘Si Celurit Emas’ disambut tepuk meriah para hadirin yang menyaksikan pergelaran seni dan kesusastraan menyambut Ramadan 1440 H di Auditorium lantai 9 Tower Unusa Kampus B Surabaya.
Dari mulut penerima penghargaan The S.E.A Write Award ini pun mengalir deras kata-kata penuh makna. Baginya ilmu bukanlah pengetahuan mata terhadap teks book. Ilmu baginya, adalah pengetahuan hati terhadap sebuah kehidupan.
“Santri tidak sekadar label, namun santri adalah kesejatian, kesadaran akan sebuah kesederhanaan. Jangan memilih merasa benar di jalan sesat, mending sesat di jalan yang benar,” kata Zawawi memberi pesan kepada para santri.
Zawawi tak lupa mengajak semua masyarakat Indonesia untuk mondok, menjadi santri agar hidup punya ruh. Hidup senantiasa mendekatkan hati pada ridlo Allah.
“Di pesantren belajar menjadi anak manusia yang meniru perilaku Rasulullah. Termasuk belajar mencintai tanah kelahiran. Tanah kelahiran bagaikan sajadah, jangan hujani sajadah kita dengan ujaran kebencian,” kata Zawawi menyampaikan pesan tersiratnya menyikapi kondisi hiruk pikuk pesta demokrasi sekarang ini.
Acara Haflah Ayo Mondok sekaligus soft launching Festival Internasional Santri 2019 dan Public Expose Ramadhan Mulia. Menurut Ketua Humas dan Makerting M Ghofirin MPd, acara ini juga banyak dihadiri masyarakat umum dan mahasiswa di luar Unusa yang ingin menyaksikan talenta para santri dan budaya pondok pesantren.
“Gelaran seni dan sastra juga menampilkan tradisi nadzaman imrithy yang diiringi aywah gambus band Attarmasi feat Veve Zulfikar, penyair Zawawi Imron, Gus Haidar Hafeez dan Gus Raedu Basha. Serta perform menarik para milenial santri,” katanya. (hap/Humas Unusa)