Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) bersama International Council for Small Business (ICSB) Jatim dan Rabitah Ma’ahid Islamiyah (RMI) atau asosiasi pondok pesantren NU bakal segera memetakan potensi entrepereneur (wirausaha) dari 30 pesantren di Jatim.
“Sebagai langkah awal, ada 30 pesantren yang segera dipetakan potensi wirausahanya. Dari pemetaan tersebut akan diketahui jenis pendampingan atau pelatihan apa yang dibutuhkan,” kata Wakil Rektor 3 bidang Perencanaan, Pengembangan, dan Kerjasama Unusa Dr Ima Nadatien SKM MKes, di sela pertemuan Unusa, ICSB Jatim, dan RMI, di Ruang LSP lantai 4 Tower Unusa Kampus B, Selasa (30/4/2019).
Dr Ima mengatakan, pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pemprov Jatim dengan Unusa dan ICSB tentang pendampingan UMKM dalam Program ‘One Pesantren One Product’ (OPOP), di Auditorium Tower Unusa, Surabaya, pada Kamis (18/4/2019).
“Harus segera direalisasi agar OPOP bisa berjalan. Potensi para santripreneur bisa segera tergali dan menggerakkan perekonomian di pesantren dan masyarakat luas tentunya,” kata Ima.
Pernyataan Ima didukung Ketua ICSB Jatim Mufid Wahyudi yang berharap harus ada gerakan cepat pasca MoU. Saat ini ICSB sudah dibentuk di 20 kabupaten di Jatim dan nantinya bakal menjadi 38.
“Potensi entrepreneur dari pesantren harus segera dipetakan. Mana yang berpotensi namun ternyata belum menasional. Kalau memang bisa mendunia ya harus menginternasional,” katanya.
ICSB terdiri dari empat pilar yakni pemerintah provinsi/kabupaten/kota, akademisi, peneliti, serta praktisi UMKM yang sudah berpengalaman.
“Empat pilar itu bakal menggali berbagai potensi hingga ditemukan satu produk unggulan yang bisa menjadi kekuatan ekonomi masyarakat pesantren,” kata Mufid.
ICSB bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UMKM yang berkomitmen membantu dan memfasilitasi pengusaha pesantren mulai dari nol hingga memiliki produk unggulan.
“Kami akan bantu mulai dari pelatihan, kuliah umum kewirausahaan, hingga para santri menghasilkan produk. Dan bahkan sampai pemasaran produk. Kalau perlu pasar ekspor karena kita ada jaringan. Sementara pendanaan bisa dibantu dari partner ICSB seperti Bank Jatim dan Bank UMKM,” katanya.
Wakil Sekretaris RMI M Ainul Mubarok mengatakan wirausaha pesantren di Jatim saat ini terbagi dalam tiga kategori yakni belum jadi, setengah jadi dan sudah jadi. “Yang terbanyak adalah yang belum jadi. Dalam pemetaan pesantren nanti akan kami undang yang sudah jadi sebagai percontohan. Sekaligus mendorong mereka yang belum jadi dan setengah jadi untuk segera merealisakan OPOP,” kata Ainul yang datang bersama Humas RMI Ach Fahmil Ulum.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak mengatakan, potensi pengembangan ekonomi pesantren di Jatim cukup besar. Pemprov Jatim berharap potensi dipetakan sehingga memudahkan pengembangan ke depan.
“Ada banyak pesantren yang akan dipetakan. Dari pemetaan itu bakal diketahui intervensi pemerintah seperti apa yang sekiranya dibutuhkan. Kami berharap ICSB dan UNUSA bisa membantu memetakan potensi-potensi itu dan kami akan mengawal,” ujar Wagub Emil (hap/Humas Unusa)