Surabaya – Sebuah penelitian menyebut bahwa usia kehamilan wanita sangat penting untuk mengurangi risiko kelahiran down syndrome (kelaian kromosom genetik) dan autisme.
“Sebuah penelitian pada tahun 2015, untuk mengurangi risiko khususnya down syndrome, diharapkan usia kehamilan di bawah 35 tahun,” ujar pengajar Fakultas Kedokteran Unusa dr Hafid Algarista, Sabtu 16 Maret 2019.
Menurutnya, usia yang bagus bagi wanita hamil adalah 28-35 tahun. Beberapa peneliti menganggapnya rentang ini sebagai usia produktif dengan risiko kehamilan sangat tipis.
Namun demikian, kehamilan di rentang usia produktif bukan berarti 100 persen aman. Ia menyebutkan, kemungkinan terjadinya down syndrome maupun penyakit lain tetap bisa terjadi.
Tapi pada usia kehamilan seorang wanita di atas 35 tahun, risikonya bisa meningkat 4,8 kali lipat. Berdasarkan penelitian Children National Medical Center di Washington, wanita hamil usia 35 tahun memiliki rasio risiko 1:350, sedangkan wanita di usia 49 tahun memiliki rasio risiko 1:10.
“Belum diketahui pasti penyebab utama down syndrome, tapi setidaknya usia seorang ibu hamil antara 28-35 tahun tingkat risikonya paling kecil,” bebernya.
Anak dengan down syndrome lebih mudah terlihat dibanding autisme. Ciri fisik sudah dapat diketahui sejak lahir dari bentuk wajahnya serta ukuran lidah.
Menginjak usia dua tahun, anak dengan down syndrome semakin terlihat ciri fisiknya. Rasio ukuran kepala dengan badan bisa terlihat tidak normal. “Di beberapa bentuk garis tangannya juga berbeda dari orang normal,” bebernya.
Sementara untuk anak autis, ia menyampaikan, mulai terlihat jelas pada usia dua tahun. Mereka yang berkebutuhan khusus tampak kurang mampu bersosialisasi secara lancar dengan lingkungan sekitarnya. Interaksi timbal baliknya tidak berjalan seperti biasanya.
Cara anak memperlakukan mainan pun berbeda. Terkadang mainan tidak dipakai sebagaimana mestinya. Misalkan mobil ditata rapi sambil dibalik bagian roda di atas. (Baiq/Rud-Humas Unusa)