SURABAYA – Puluhan mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Jurnalistik Unusa (Uranus) digembleng ilmu jurnalistik. Dua hari penuh, Sabtu-Minggu (16-17/3/2019), jurnalis muda Unusa ini mendapatkan materi penulisan web dan penulisan berita, publik speaking serta pelatihan fotografi
Pelatihan bertajuk “The World in Our Hand” atau dunia di tangan kita ini mendatangkan dua pembicara yaitu Wartawan Harian Duta Masyarakat Endang Lismari dan Pewarta Foto Koran Sindo – Sindonews.com Ali Masduki.
Dalam materinya, Endang Lismari banyak memaparkan bagaimana membuat penulisan berita Hard News. Termasuk alur penulisan yang benar sesuai kaidah jurnalistik yakni 5W+1H. Namun sebagai pemula, Endang mengarahkan supaya penulis memperkuat lead berita terlebih dahulu.
“Lead berita itu memudahkan alur penulisan selanjutnya,” papar Endang pada mahasiswa di Unusa kampus A.
Menurutnya penyajian berita untuk web tidak perlu bertele-tele sehingga membuat pembaca jenuh. “Buatlah berita yang singkat padat dan jelas,” ujarnya.
Untuk memperkuat berita, fotografi menjadi salah satu kebutuhan utama untuk dihadirkan bersamaan dalam sebuah tubuh berita. Fungsi foto dalam media massa bukan hanya sebagai pelengkap, ilustrasi ataupun pemanis saja. Namun lebih dari itu, kehadiran foto dalam media dapat menghindarkan penyebaran hoax yg tren saat ini.
“Coba anda bayangkan jika dalam sebuah berita tidak ada satupun gambar atau foto yang menyertainya, hambar kan?”, tanya Ali sambil menunjuk slide materi berita tanpa gambar.
Ali menegaskan, sebagai jurnalis foto harus jujur dalam menyampaikan peristiwa. Jika seseorang yang difoto itu jelek harus diperlihatkan apa adanya meskipun saat ini mudah menyulap foto menjadi bagus dengan photoshop.
“Dalam mempublish foto juga harus diperhatikan betul efek ke depannya bagi subjek. Jika itu foto kriminal anak di bawah umur supaya diblur. Foto yang berdarah-darah juga harus diblur”, tegasnya.
Selain batasan publish foto, etika fotografer dalam memotret adalah sangat penting. Siapa yang difoto, dalam momentum apa, seorang fotografer harus bisa menempatkan dirinya supaya tidak nampak arogan dan terhindar dari konflik. “Hormati orang yang kita foto,” pesan Ali.
Sementara Ketua Uranus Siti Hardiyanti menjelaskan, pelatihan tersebut untuk membangun SDM dalam kejurnalistikan. “Nantinya kami berharap supaya mereka aktif dalam melakukan kegiatan Peliputan dan mengisi Web unusa”, tandasnya (ali/rus-humas unusa)