Surabaya – Pelatihan Pekerti yang masih berlangsung di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya masih berlangsug. Materi yang disampaikan sungguh beragam. Pada rabu (28/11) peserta pelatihan Pekerti memperdalam materi “metode pembelajaran” yang dibawakan langsung oleh Prof.Agustinus Ngadiman dari L2DIKTI.
Menjadi tenaga pengajar bukanlah perkara mudah, metode belajar dan ketelitian juga menentukan keberhasilan dosen dalam mengajar. Hal ini diamini oleh Prof.Agustinus Ngadiman, selaku pemateri pelatihan Pekerti. “Bagaimana cara kita perintahkan anak usia 13 tahun mandi, dengan anak usia 1 tahun mandi?” jelasnya. “Pasti akan berbeda, jika anak usia 13 tahun mungkin hanya akan kita suruh saja, namun hal ini berbeda dengan anak usia 1 tahun, kita yang harus memandikannya,” tambahnya menyampaikan.
Digitalisasi era mengharuskan siapapun berevolusi. Termasuk tenaga pengajar dan metode pembelajaran. Dosen yang tak mampu mengenali bagaimana anak didiknya juga menjadi ancaman kemunduran dunia pendidikan tinggi. “Ada anak yang introvert, ada juga yang extrovert, kita harus bisa mengenali mereka, sehingga materi atau tugas yang di berikan juga sesuai dan tepat. Setiap orang mempunyai keistimewaan yang berbeda-beda, tugas kita sebagai fasilitator adalah mengetahuinya dan mengolah sesuai porsi kita,” tegasnya pada sesi metode pembelajaran, di pelatihan pekerti yang diselenggarakan Unusa.
Pemetaan kepada siapa materi disampaikan, akan sangat membantu efektifitas kegiatan mengajar. Dosen dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Pasalnya banyak dosen yang masih menggunakan cara lama dalam proses belajar mengajar, sedangkan dosen adalah fasilitator ialah penentu keberhasilan mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan. “Teori diciptakan untuk menyelesaikan masalah, namun seringkali teori yang digunakan sekarang sudah tidak relevan dengan permasalahan jaman now, nah, banyak dosen juga kadang gak mau melek soal fakta dilapangan,” katanya menandaskan.
Tenaga pengajar merupakan salah satu concern Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Unusa percaya jika keberhasilan mahasiswa juga menjadi salah satu tanggung jawab tidak langsung bagi dosen. Konsistensi Unusa dalam menjaga kualitas pendidikan tergolong tidak main-main. (rere/humas)