Baru-baru ini Indonesia dibingungkan dengan urgensitas vaksin rubella. Pasalnya di Tulungagung seorang bocah berusia 12 tahun itu harus berbaring di rumahnya karena kelumpuhan yang diduga disebabkan oleh pemberian vaksin rubella. Rubella sendiri adalah cacar jerman yang umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja. Vaksin rubella digunakan untuk mencegah penyebaran campak measle dan campak rubella. vaksin ini biasa diberikan pada anak usia 9-15 tahun.
Pada kasus wildan, vaksin diberikan tanpa notifikasi dan persetujuan dari wali murid. Dugaan malpraktek sempat mencuat, berdasarka informasi yang dilansir dari jatim.antaranews.com ayah Wildan Suyanto (52) berjalan kaki dari Tulungagung ke Kediri menuntut keadilan atas tragedi yang dialami anaknya. Aksi Suyatno sempat mencuri perhatian warga. Lalu bagaimana dengan vaksin rubella? apakah ia menyebabkan kelumpuhan? apakah ia berbahaya?
Vaksin rubella tidak berbahaya
Vaksin Rubella memiliki efek samping setelah diberikan pada pasien. Di antaranya demam, ruam kulit, dan nyeri di bekas suntikan, hal itu bisa terjadi karena alergi terhadap obat. Alergi terhadap obat atau vaksin akan berbeda reaksinya pada tiap orang. Dr., dr. Handayani, M.Kes. dekan Fakultas Kedokteran Unusa menuturkan bahwa, tiap pasien memiliki reaksi yang berbeda-beda. “Alergi terhadap obat ataupun vaksin bisa terjadi dan menimbulkan efek yg mungkin berbeda pada setiap individu. Alergi dipengaruhi genetic, jadi sifatnya menetap, gangguan akibat alergi ada yang bisa disembuhkan dengan obat anti alergi ada yang tidak,” jelasnya pada reporter unusa.ac.id.
Pemberian vaksin tidak diperbolehkan untuk pasien dengan kondisi mengidap penyakit ginjal, leukemia anemia. Pun pasien dengan kondisi tidak sehat seperti demam, batuk, pilek, diare, dan lain sebagainya. Tak hanya itu ibu hamil dan pasien yang sedang mendapatkan perawatan berupa radioterapi atau terapi asteroid juga tidak diperbolehkan sama sekali untuk divaksin. “Jika pasien memiliki riwayat alergi, juga tidak boleh divaksin,” tambahnya pada. selagi semua aturan itu tidak dilanggar maka vaksin rubella tidak akan menjadi berbahaya.
Apa yang terjadi dengan Wildan
Jika ditelisik efek samping Vaksin rubella hanya menimbulkan reaksi yang cukup ringan, dan reaksi tersebut bergantung dengan pengaruh genetik. “Alergi bisa muncul dalam bentuk berbeda, misal ruam kulit, gatal, menggigil, bisa juga batuk, sesak nafas, dll. Namun jarang ada kejadian alergi yang muncul dengan kelumpuhan,” tandas ahli Farmakologi Kedokteran, dan Herbal Medicine tersebut. Butuh tenaga ahli yang harus memeriksa secara langsung apa yang terjadi dengan Wildan.
Peristiwa yang dialami Wildan terbilang jarang terjadi. Apalagi pemberian vaksin rubella juga tanpa notifikasi dan persetujuan orang tua wali murid. Padahal dalam tata cara pemberian vaksin atau imunisasi, orang tua harus mengetahui dan mendapatkan lembar persetujuan dari pihak terkait. (rere/humas)