Surabaya – Beberapa bulan yang lalu, Kota Surabaya digegerkan dengan fenomena mewabahnya Leptospirosis. Agar tidak terulang kembali, perlu upaya preventif untuk menanggulangi kejadian tersebut. Hal ini menggerakkan 10 mahasiswa S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) menimbah ilmu ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Senin (6/11).
Fasilitator Manajemen Krisis Dinas Kesehatan Jatim, Didiek Rachmadi, S.KM., M.PPM., mengatakan masyarakat harus mengetahui penyakit leptospirosis yang muncul akibat banjir atau musim penghujan, sehingga dapat melindungi diri dari penyakit tersebut.
“Bagi masyarakat sekarang yang penting adalah mengetahui penyakit itu, sehingga bisa mem-protec dirinya masing-masing. Kita sekali lagi prihatin dan kita sudah melakukan langkah-langkah yang cukup memadai,” katanya saat dihubungi reporter humas Unusa.
Namun, Didiek menambahkan Penyakit lepotospirosis timbul akibat musim penghujan yang melanda Kota Surabaya beberapa bulan lalu. Gejala penyakit ini adalah demam dan suhu badan tinggi, mata merah, dan sakit kepala berat, yang gejalanya menyerupai flu. Untuk menjadi inveksi dibutuhkan waktu antara 3-4 hari. Kalau kondisinya drop, waktu infeksi bisa lebih cepat sehari. “Semoga setelah memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya mahasiswa meminimalkan kejadian tersebut, selain itu agar dapat menyebarkan informasi bahasa Leptospirosis,” ungkapnya. (Humas Unusa).