Surabaya – ‘Hasil tidak kalah penting dengan proses’, begitulah kalimat yang dilontarkan Ubaidillah Zuhdi ketika ditanya mengenai motivasinya ketika terjun di dunia Akademik hingga ke luar negeri.
Pria yang akrab disapa Ubai ini merupakan dosen baru Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Sebelum mengajar di Unusa, dosen lulusan S1 Teknik Industri ITB ini merupakan pengajar di University of Technology, Polandia.
“Memang benar proses tidak akan menghianati hasil, tapi saya tidak ingin berhenti di proses. Jadi hasil juga harus dikejar supaya apa yang kita inginkan bisa tercapai,” tutur pria yang peneliti dari Polandia dengan H index scopus 9 ini.
Ubai pun menceritakan awal mula dirinya bisa mengajar hingga ke Polandia. Sebelum menyelesaikan pendidikan S3 di Tokyo University of Science, Jepang pada Maret 2015 lalu, ia mengaku sudah mencari pekerjaan di banyak tempat, salah satunya di University of Technology, Polandia.
“Selesai S3 Maret 2015, saya berangkat ke Polandia Desember 2015,” ucapnya.
Selama tiga tahun berada di Polandia, Ubai mengaku mendapat banyak pengalaman ketika disana (Polandia). Salah satunya ia bisa mengajar mahasiswa dari 20 negara yang berbeda.
Meski begitu, pria yang pernah mendapat beasiswa JASSO di Jepang ini mengungkapkan jika ada beberapa kendala yang ia alami. Seperti perbedaan budaya.
“Contoh kalau saya bawa guyonan orang Indonesia ke mereka, mungkin respon mereka tidak seperti yang kita harapkan. Tapi saya tetap profesional dengan cara mendekatkan diri pada mahasiswa untuk membalas tugas yang dikirimkan via emailkan ke saya,” ungkap Ubai.
Usai mengajar di Polandia, pada Ubai memutuskan kembali ke Indonesia dan memilih Unusa sebagai tempatnya mengajar. Ubai pun mengaku jika Unusa adalah salah satu perguruan tinggi yag perkembangannya sangat pesat.
Meski telah melalang buana di negeri orang, Ubai masih ingin terus menimba ilmu. Ia pun mengaku jika masih ingin ke Eropa Barat dengan membawa nama Unusa. “Tentunya dengan membawa kendaraan Unusa. Karena sistem di Unusa memungkinkan untuk di bawa ke luar negeri. Jadi, tak hanya dosen saja yang bisa keluar negeri, tapi dua-duanya bisa sama-sama maju,” pungkasnya. (Am/ Humas Unusa)