Surabaya – Pewarnaan Gram (pewarnaan bakteri) merupakan salah satu teknik pewarnaan yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam pewarnaan ini biasanya menggunakan gentian violet.
Gentian violet merupakan bahan kimia yang dapat memberikan efek samping bagi tubuh. Seperti infeksi kulit, infeksi virus, infeksi jamur bahkan bisa menyebabkan tumor.
Melihat hal itu, mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) berinisiatif membuat zat pewarna yang terbuat dari ekstrak kulit ubi jalar sebagai pengganti gentian violet. Mahasiswa itu adalah Natasya Nunki.
“Gentian violet itu sifatnya karsinogen buat tubuh kita. Jadi, bagaimana caranya mencari bahan pengganti, saya menemukannya di ubi jalar. Karena bahan antosianin di dalamnya kan banyak,” ucap Nunki, Rabu (3/10) di kampus B Jemursari Surabaya.
Mahasiswa D-IV Analis Kesehatan ini memanfaatkan kulit ubi sebagai bahan dasar. Karena, menurutnya kadar antosianin di kulit ubi lebih tinggi. Setelah melalui beberapa tahap pengujian, ekstrak kulit ubi jalar buatan Nunki dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti gentian violet.
“Ini bisa diaplikasikan kalau kita lagi tugas di daerah yang pelosok. Dengan memanfaatkan bahan alami yang ada di lingkungan itu mampu mempermudah kita,” ungkapnya.
Dengan adanya penelitian ini, Nungki berharap agar dapat dikembangkan lagi. “Penelitian ini bisa dikembangkan lagi dan dapat dipatenkan,” pungkasnya. (Humas Unusa)