Sidoarjo – Berbagai upaya telah dilakukan untuk merespon masalah remaja, antara lain melalui program di sekolah, masyarakat, keluarga dan kelompok sebaya. Dari berbagai upaya tersebut, keluarga terutama pola asuh orangtua, telah diidentifikasi sebagai pengaruh yang sangat penting dalam membentuk sikap dan perilaku remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja, pengawasan orangtua dan komunikasi orangtua dengan remaja. Diantara proses pola asuh tersebut, komunikasi orangtua dengan remaja diketahui berpengaruh terhadap pembentukan karakter, sikap dan perilaku remaja.
Jumlah penduduk Indonesia pada kelompok umur 10-24 tahun (remaja) sekitar 27,6% atau kurang lebih 64 juta jiwa,dari total penduduk Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk 2010.Jumlah yang banyak ini memerlukan perhatian khusus dalam pembinaannya dari semua pihak,apalagi usia remaja adalah masa pancaroba,masa pencarian jati diri, ditambah lagi dengan arus globalisasi dan informasi yang kian tak terkendali,mengakibatkan perilaku hidup remaja menjadi tidak sehat yang selanjutnya berdampak pada tiga resiko Triad KRR (Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS).
Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat, Lailatul Khusnul Rizki, SST., MPH. Beserta Rizki Amalia, SST., MPH. Melakukan pengabdian masyarakat di Pondok Pesantren Al Falah Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo.
Lailatul Khusnul Rizki mengungkapkan permasalahan remaja yang diuraikan tersebut sangat kompleks dan mengkhawatirkan karena permasalahan tersebut akan mengurangi kesempatan remaja untuk mempraktekkan perilaku hidup sehat, serta mengganggu perencanaan kehidupan di masa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan suatu program yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penyiapan diri remaja menyongsong kehidupan berkeluarga yang lebih baik, menyiapkan pribadi yang matang dalam membangun keluarga yang harmonis, memantapkan perencanaan dalam menata kehidupan untuk keharmonisan keluarga.
“Sebagai Implementasi Undang-Undang nomor 52 tahun 2009, tentang Perkembangan kependudukan dan Pembangunan Keluarga,pasal 48 ayat 1(b) yang mengatakan bahwa ‘’Peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan, konseling dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga’’, maka Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai salah satu institusi pemerintah harus mewujudkan tercapainya peningkatan kualitas remaja melalui Program Generasi Berencana (Program Genre),” ungkap perempuan yang jadi dosen D3 Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Unusa tersebut, Jumat (25/5).
Lailatul Khusnul Rizki menambahkan, Program Genre dilaksanakan melalui pendekatan dari dua sisi yaitu pendekatan kepada remaja itu sendiri dan pendekatan kepada keluarga yang mempunyai remaja. pendekatan kepada remaja dilakukan melalui pengembangan Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M), sedangkan pendekatan kepada keluarga dilakukan melalui pengembangan kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR). “Pendekatan kepada remaja dan keluarga besar didasari oleh hasil Survei Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI, 2003), yang menunjukkan bahwa remaja lebih menyukai untuk menceritakan permasalahannya,” ungkapnya.
Rizki Amalia, SST., MPH mengungkapkan, Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa santri Pondok Pesantren Al Falah Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo diketahui 8 dari 10 santri belum memahami konsep kesehatan reproduksi. “Mereka masih menganggap tabu untuk mengetahui tentang konsep kesehatan reproduksi remaja, dimana konsep tersebut sangat penting untuk meningkatkan derajat kesehatan reproduksi remaja,” ungkapnya.
Rizki Amalia menambahkan, Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan tema “Sosialisasi Triad KRR dalam upaya peningkatan kesehatan reproduksi remaja di Pondok pesantren Al Falah Buduran Sidoarjo” bertujuan untuk memberikan pengetahuan santriwan dan santriwati tentang masalah kesehatan reproduksi remaja yang sering terjadi.
“Santri di Pondok Pesantren Al Falah Sidoarjo sebagian besar termasuk dalam kategori remaja awal (11 – 14 tahun). Pengetahuan Santri tentang TRIAD KRR berdasarkan hasil pre test sebagian besar Santri tidak mengetahui tentang TRIAD KRR, sedangkan berdasarkan hasil post test hampir seluruh Santri sudah mengetahui tentang TRIAD KRR,” pungkas perempuan yang menjadi dosen D3 Kebidanan Unusa tersebut. (Humas Unusa)