Surabaya – Pergelaran Grand Final Duta Kampus Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) 2018 terasa sangat istimewa, pasalnya kegiatan tahun ini dihadiri alumni Duta Kampus Unusa dari tahun ke tahun.
Kegiatangrand final tahun ini di adakan di Aula Lantai 3 Kampus A Wonokromo Surabaya. Selain menampilkan 9 orang finalis, juga dimeriahkan dengan peragaan busana, penampilan paduan Suara Unusa, parade finalis, kemudian dilanjutkan dengan pengumuman lima besar, dan ditutup dengan pengumuman pemenang, Jumat (20/4).
Ajang pencarian bakat ini diselenggarakan setiap tahun. Tujuannya untuk menjaring mahasiswa yang bertalenta sebagai calon Duta Kampus. Penjaringan dimulai dari babak penyisihan, semua pendaftar akan dipilih dua puluh orang untuk maju ke babak grand final. Peserta yang masuk grand final diwajibkan menampilkan talent show Duta Kampus, peragaan busana, dan menjawab pertayaan dari juri.
Grand Final Duta Kampus di buka oleh Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng. Kegiatan ini dihadiri oleh Pimpinan Unusa, Duta Kampus dari tahun 2013, undangan, serta suporter para finalis.
Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng. mengungkapkan mahasiswa adalah member of an academy atau bagian dari pelaku akademik di sebuah perguruan tinggi. Di tengah pesatnya akulturasi budaya saat ini, kepribadian menjadi pondasi mahasiswa untuk tetap menjaga kearifan local atau budaya ketimuran. Terlebih bagi seorang duta kampus. Menurutnya sebagai seorang duta, harus bisa memberikan teladan bagi mahasiswa lainnya.
“Disadari atau tidak, mahasiswa memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam akselerasi pembangunan bangsa kita. Kepada para calon duta kampus, saya minta dalam menjalankan tugas dan perannya harus bisa menunjukan kualitas intelektualnya maupun karakter” kata rektor dihadapan para pasangan finalis.
Cerdas dan berkarakter, lanjut Jazidie, merupakan konsep pendidikan yang Ia usung untuk mengembalikan peran pendidikan sebagaimana mestinya. Hal ini menyusul penurunan nilai-nilai moral pada generasi muda saat ini yang semakin mengkhawatirkan. Budaya permisif dan pragmatisme yang kian merebak membuat sebagian pemuda terjebak dalam kehidupan serba instant dan hedonis.
“Sebagai calon duta kampus, semua bisa menjadi contoh bagaimana menjadi generasi muda yang pintar, berkualitas dan berattitude yang baik. Hal ini penting karena saat ini toleransi dan berkarakter sudah menjadi way of life di sejumlah Negara maju, yang patut kita tiru,” jelasnya.
Sementara itu Direktur Akademik dan Kemahasiswaan Unusa, Umdatus Shaleha mengungkapkan audiensi dengan jajaran rektorat menjadi bagian dari masa karantina yang harus dijalani para finalis Duta Kampus 2018-2019. Disini para finalis mendapatkan pengarahan dan tanya jawab seputar dunia kampus.
“Ada banyak kegiatan sosial yang menuntut para calon duta untuk terjun ditengah masyarakat. Disini kami ingin mencetak duta yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional question. Mudah-mudahan para finalis yang terpilih bisa menjadi duta-duta kampus mampu menginspirasi para mahasiswa lainnya untuk berbuat.” harapnya. (Humas Unusa)