Bima – Dewasa ini seringkali kita lupa akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Sepertinya ada kecenderungan di masyarakat bahwa memeriksakan kesehatan gigi hanya penting saat sakit gigi saja, bahkan ada yang sampai tidak memeriksakan hingga giginya mati karena tidak tertangani. Pendidikan mengenai bagaimana menjaga kesehatan gigi dan mulut juga sangat kurang.
Gigi dan mulut yang sehat merupakan cermin tubuh yang sehat juga. Jika kesehatan gigi dan mulut kurang baik, kehidupan sosial, ekonomi, lingkungan, dan pendidikan kita juga akan kena dampaknya. Secara sosial, kondisi gigi yang kurang baik akan membuat kita tak percaya diri ketika bersosialisasi, sementara secara ekonomi, kita harus menghabiskan biaya cukup besar untuk merawat gigi.
Menurut data Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Kesehatan, penyakit gigi dan mulut terbesar di Indonesia adalah karies gigi atau gigi berlubang dan penyakit gusi. Dari 2007 hingga 2013, prevalensi karies di antara penduduk naik dari 43,4 % menjadi 53,2%. Jika data Kementerian Kesehatan membenarkan bahwa penduduk usia 15 tahun ke atas mencapai 176.689.336 jiwa pada 2013, maka jumlah penduduk dengan karies bisa mencapai hampir 94 juta orang.
Melihat kondisi semacam itu, salah satu dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) tergerak untuk melakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara gratis di Daerah Bima Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam rangka bakti sosial berupa pemeriksaan gratis gigi dan mulut kepada warga masyarakat Bima di stadion Manggemaci kota Bima, Nusa Tenggara Barat yang difasilitasi Korps Marinir, Senin (29/01/2018)
Sebanyak 755 masyarakat mengikuti kegiatan pemeriksaan gigi dan mulut tersebut. Dari data tercatat sebanyak 107 pasien yang melaksanakan pengobatan gigi dan 648 murid SD mengikuti khitan massal serta penyuluhan gigi.
Dosen S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Unusa, drg. Umi Hanik, M.Kes. mengungkapkan Saat ini, Indonesia mempunyai kurang lebih sekitar 27.500 dokter gigi. Tentu itu tidak cukup untuk melayani penduduk sekitar 250 juta.
Di daerah Bima NTB sendiri, terdapat berbagai problematika di masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Menurut data yang kami dapatkan, saat berkomunikasi dengan masyakarat yang melakukan pemeriksaan, masyarakat banyak berasumsi bahwa kondisi gigi masih sehat selagi belum mengalami sakit. Rata-rata masyarakat menunggu giginya sakit dulu sehingga perlu adanya pengobatan, bukan perawatan gigi yang digalakkan.
“Sebenarnya perawatan gigilah yang sangat penting. Hal ini bisa menjaga agar gigi kita tidak mengalami sakit, sehingga tidak perlu adanya pengobatan,” ungkap perempuan yang menjabat sebagai Wakil Rektor 2 Unusa tersebut.
Umi Hanik menambahkan, sebenarnya menjaga kesehatan gigi dan mulut juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit jantung. Mungkin banyak yang masih bingung antara korelasi kebersihan gigi dan penyakit jantung. Gigi tak hanya masalah estetis namun juga menyangkut kondisi kesehatan fisik kita. Kondisi gigi dan mulut yang tidak bersih dapat mengakibatkan peradangan bahkan sampai pada tahap kronis.
“Beberapa penelitian menghubungkan adanya peradangan kronis yang dapat menyebabkan meningkatnya risiko serangan jantung, sumbatan pembuluh darah dan stroke. Studi lainnya menunjukan bahwa menjaga kebersihan gigi dan kesehatan mulut dapat membantu melindungi kesehatan secara keseluruhan,” tambahnya. (Humas Unusa)