Surabaya – Tahun lalu banyak berkah yang didapat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Di 2018, ada banyak target yang ingin dicapai kampus yang dulu bernama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Yarsis ini. Terutama untuk akreditasi program studi (prodi).
2018, usia Unusa baru lima tahun, namun separuh dari 16 prodi yang ada di Unusa sudah mengantongi akreditasi B. Sebuah prestasi yang membanggakan. Bahkan di penghujung tahun satu prodi mengantongi akreditasi B yakni Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Rektor Unusa, Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng mengatakan 2017 memang target meningkatkan akreditasi baik lembaga maupun prodi. “Dan Alhamdulillah lembaga sudah akreditasi B dan hampir separuh prodi juga akreditasi B. 2018 yang belum reakreditasi akan kita lakukan sehingga semua prodi Unusa minimal sudah akreditasi B,” ujar Jazidie, Rabu (3/1) di Ruang Rektor, Tower Unusa Lantai 4 Kampus B Unusa Jemursari Surabaya.
Peningkatan akreditasi ini adalah sebuah tanggung jawab Unusa kepada masyarakat terutama pada para orang tua mahasiswa yang sudah mempercayakan anak-anaknya menempuh pendidikan perguruan tinggi di Unusa. Karena itu, para dosen dan karyawan Unusa bahu membahu untuk mewujudkan reakreditasi prodi-prodi Unusa satu persatu.
Di awal 2018 ini, ada beberapa prodi yang akan dilakukan reakreditasi. Di antaranya Analisis Kesehatan, Manajemen, Pendidikan Guru (PG) PAUD, Pendidikan Dokter dan lainnya. Sementara untuk Bahasa Inggris dan K3 masih tahun depan akan dilakukan reakreditasi.
Diakui Jazidie, proses reakreditasi yang begitu cepat dalam satu tahun sebelumnya karena didukung semua dosen dan karyawan Unusa. Mereka memiliki semangat dan kesadaran untuk mewujudkan target yang harus dicapai itu. Padahal jika disadari, 70 persen sumber daya manusia (SDM) yang ada di Unusa adalah para wanita.
“Para wanita terkadang bekerja melibatkan perasaaan, tidak sepenuhnya rasional. Namun bekerja dengan perasaan juga penting. Bekerja dengan banyak wanita memang terkadang harus toleran karena sering kali mereka harus izin pulang lebih cepat karena ada tanggung jawab lain yang harus dilakukan di rumah. Kami maklumi itu. Namun, di balik itu semua, mereka selalu semangat untuk mewujudkan tujuan bersama,” jelasnya.
Selain akreditasi, pada 2018 ini, dikatakan Prof. Jazidie, Unusa sebisa mungkin dengan sekuat tenaga akan menjadi miniatur berkumpulnya kebaikan. Unusa ingin bisa menjadi pencerah, pemerkaya dan inspirasi bagi banyak orang.
Karenanya di tahun ini, Unusa ingin lebih bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Unusa ingin memiliki desa binaan, baik di sekitar kampus maupun di pesantren. Seperti diketahui, Unusa walau tidak memiliki jurusan atau program studi agama, namun sebagai lembaga pendidikan Nahdlatul Ulama (NU), Unusa juga memiliki kedekatan dengan pondok pesantren melalui pos kesehatan pesantren (poskestren).
“Kita lebih fokus pada dunia kesehatan, yang bisa kita berikan adalah sharing tentang kesehatan di pondok pesantren melalui program itu. Kita hanya ingin sharing apa yang kita miliki agar bermanfaat bagi semua umat,” jelas Jazidie. (Humas Unusa)