Surabaya – Terdorong ingin ikut berpartisipasi di dalam menyelamatkan keutuhan bangsa (NKRI) dan berperan di tengah masyarakat yang tengah mengalami berubah, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) membentuk Pusat Pengembangan Masyarakat dan Peradaban Islam (PPMPI).
Demikian diungkapkan Rektor Unusa Prof Dr Ir Achmad Jazidie M.Eng, dalam perbincangan dengan beberapa media di Kampus Unusa, Kamis (14/12) siang. “Sebagai kampus menggunakan tag line ‘rahmatan lil alamin’ kami terpanggil untuk membentuk pusat kajian ini. Tidak hanya sebatas pada menggelar dan mengadakan seminar tapi lebih memberikan pemikiran strategis lewat kajian-kajian,” katanya.
Pusat kajian ini, kata Rektor menambahkan, tidak pada persoalan politik sosial yang selama ini telah banyak pusat kajian serupa, tapi kami akan lebih mementingkan pendekatan agama dan psikologis medis sebagai latar belakang kajian, ini karena Unusa memang fokus pada pengembangan bidang keilmuan kesehatan dan agama.
“Berdirinya PPMPI ini merupakan respons Unusa terhadap situasi saat ini, permasalahan agama sangat sensitif jika sudah terjadi, terlebih konflik dan kekerasan atas nama agama yang semakin meningkat di era ini merupakan persoalan kompleks yang tidak bisa ‘dipaksa’ menjadi masalah ke-agama-an atau persoalan teologis semata. Unusa akan memberikan pandangan dan pendekatan dari sisi yang lain, yaitu dari sisi agama dan psikologis-medis,” katanya.
Beberapa topik kajian telah disiapkan antara lain terkait dengan anxiety (termasuk existential anxiety dan obsessive compulsive disorder – OCD), cognitive dissonance, depresi, giftedness, dan psikologi komunitas serta teori identitas, teori social movement, dan teori komunitas, yang terkait dengan cabang ilmu sosiologis.
Menandai dibentuknya pusat kajian ini sekaligus sebagai bagian dari refleksi akhir tahu 2017, akan diselanggarakan seminar dengan “Mengkaji ke-Ekstrim-an Beragama (religious extremism) dalam Perspektif Psikologi dan Sosiologi” dengan menghadirkan nara sumber antara lain Prof. Dr. Nasaruddin Umar, M.A, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Imam besar Masjid Istiqlal; Muhammad Najib Azca, Ph.D. dari Center for Security and Peace Studies, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, dr. Hafid Algristian, Sp.KJ. dari Kedokteran Jiwa, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
Dipilihnya tema tersebut, kata Rektor, karena secara umum, terdapat dua aliran besar dalam ilmu pengetahuan yang mempersoalkan dan mempelajari ‘faktor penentu’ (determinative factors) terkait dengan penyebab munculnya suatu pemikiran pada manusia, yaitu faktor sosial dan individual.
Faktor sosial telah diartikulasikan dalam bermacam-macam teori ilmu sosial, khususnya Sociology of Knowledge (sosiologi ilmu) sebagai cabang sosiologi yang mempelajari bagaimana sebuah ide (pemikiran) menjadi bersifat sosial, dibagi, diterima, dan dianut oleh semua anggota suatu kelompok. “Sedangkan yang mempelajari faktor individual penyebab munculnya suatu ide adalah ilmu psikologi, yang mengkaji tentang kepribadian, kecerdasan, dan perilaku genetis serta klinis, dimana penyebab munculnya suatu ide manusia dipandang bersifat psikologis dan bahkan biologis.
“Tema ini yang kemudian kami kemas untuk menandai berdirinya lembaga kajian ini. Hasil dari seminar dan rangkaian diskusi-diskusi nantinya akan kami bukukan sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan para pengambil kebijakan agar keutuhan bangsa dan negara ini tetap terjaga,” katanya. (Humas Unusa)