SURABAYA – Penyakit stroke merupakan satu di antara penyakit mematika dengan tingkat penyembuhan yang relatif sangat kecil. Selain dukungan dari obat-obatan dan alat-alat penyembuh, dukungan dari keluarga dan diri sendiri, juga sangat diperlukan. Hal itu diungkapkan oleh Ismatika, mahasiswi lulusan terbaik Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang telah mengerjakan skripsi tentang Self Efficacy terhadap penderita stroke. Ia menjelaskan, self efficacy bukanlah sebuah obat atau alat yang canggih, yang bisa menyembuhkan seorang pasien stroke.
Namun sebuah upaya yang menjadi dorongan terhadap diri sendiri agar bisa sembuh dari sebuah penyakit. Ia mengklaim, 90 persen self efficacy berhasil memperpanjang kesempatan hidup dari seorang penderita stroke.“Self Efficacy itu merupakan keyakinan, baik dari diri sendiri maupun orang terdekat, kebanyakan orang yang punya keyakinan untuk sembuh, harapan umur panjangnya akan semakin tinggi,” ujar wanita yang mengambil program S1, keperawatan, fakultas keperawatan dan kebidanan di Unusa tersebut.Skripsi yang ia buat selama 5 bulan tersebut, mengambil sampel 36 pasien penderita stroke di Rumah Sakit Islam A Yani Surabaya. Dari ke 36 pasien tersebut, total 34 pasien yang mempunyai keyakinan atau self efficacy, perkembangan penyembuhannya lebih tinggi, dibanding dua yang lain.“Kalau ada penderita stroke, jangan dibiarin begitu saja, harus diberi semangat, jangan dibantu terus, biar keyakinan sembuhnya timbul,” ungkap Ismatika.