Surabaya – Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mendapatkan materi Cell Therapy and Regeration Medicine: Current, Future, and TMU Experince dari Taipei Medicine University (TMU). Kegiatan ini merupakan rangkaian kunjungan dari TMU di Tower Unusa kampus B Jemursari Surabaya.
Seluruh peserta dan tamu undangan terlihat antusias karena menerima materi Stem Cell yang telah dikembangkan Taipei Medicine University (TMU), Prof. Rita Yen-Hua Huang menuturkan, Luka bakar merupakan salah satu penyebab utama dari timbulnya kecacatan dan kematian. Luka bakar akan menyebabkan hilangnya lapisan kulit yang merupakan pelindung tubuh kita dari perubahan suhu, infeksi, trauma dan juga kehilangan cairan tubuh.
“Luka bakar yang dalam, yang mengenai seluruh lapisan kulit, akan diperbaiki oleh tubuh dengan pembentukan jaringan parut, tanpa adanya folikel rambut, kelenjar lemak atau kelenjar keringat. Jaringan parut ini selain secara kosmetik mengganggu, akan berpotensi menimbulkan gangguan dari pergerakan jika mengenai daerah persendian,” tuturnya di Kafe Fastron, Senin (14/8).
Pada saat ini, kasus luka bakar yang berat, terapi bedah transplantasi kulit dengan metode autograft (kulit dari bagian tubuh yang lain) dianggap sebagai terapi yang terbaik. Namun keterbatasannya adalah, jika luka bakar tersebut meliputi daerah yang luas, karena bagian kulit tubuh yang dapat diambil juga terbatas.
Dr Prof. Rita Yen-Hua Huang, dari Taipei Medicine University (TMU), dirinya beserta tim di TMU telah melakukan penelitian menggunakan donor stem sel untuk memperbaiki kulit yang rusak dan meminimalkan timbulnya jaringan parut pasca luka bakar. Jika berhasil, penelitian ini akan membuat revolusi baru dalam penanganan luka bakar yang berat. Penggunaan stem sel akan mengurangi kebutuhan akan transplantasi kulit, bagi penderita luka bakar yang berat.
“Para sukarelawan yang berpartisipasi dalam pengobatan eksperimental ini merupakan penderita luka bakar berat derajat dua. Bagian kulit yang terbakar akan dilapisi dengan lapisan pelindung, kemudian stem sel dari donor akan disuntikan di antara lapisan pelindung dan kulit. Para pasien menjalani terapi ini setiap dua minggu sekali secara rutin,” jelasnya.
Dia menambahkan, Walau pada saat ini penggunaan stem sel untuk luka bakar pada kulit masih belum sempurna, dengan tidak adanya kelenjar keringat ataupun folikel rambut, namun penelitian untuk menyempurnakan teknologi ini terus berjalan dengan sangat pesat.
Ketua Prodi S1 Pendidikan Dokter Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Dr. Handayani, M.Kes., setelah adanya kunjungan dari Taipei Medicine University (TMU) ini, tindak lanjutnya akan ada MoA berikutnya yaitu studi banding para staf pengajar Unusa ke Taipei Medicine University. Hal ini sesuai dengan MoU yang pernah dilaksanakan Unusa dengan TMU. “Semoga ke depannya, para mahasiswa bisa memperoleh ide untuk mengembangkan stem cell untuk pengobatan di bagian tubuh lainnya,” jelasnya. (Humas Unusa)