Surabaya
Di penghujung tahun, tepatnya, Jumat 30 Desember 2012, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), menggelar sarasehan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Kegiatan yang di gelar di Kafe Fastron Lantai 3 Kampus B Unusa Tower Jl. Jemursari Surabaya itu dihadiri Prof Moh Nuh, Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis), Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie, dengan pembicara Prof Dr Muchlas Samani dan Mochammad Ikhwan, M.Pd.I.
“Pendidikan karakter yang diajarkan oleh Rasulullah patut kita contoh dalam berkehidupan di zaman ini. Nilai-nilai terpuji yang dimiliki Nabi Muhammad dapat diintegrasikan dalam pendidikan karakter. Sifat Religius, jelas sekali bahwa beliau merupakan orang yang paling taat ibadahnya. Sifat Jujur, sejak kecil kita ditanamkan ilmu bahwa Rasul memiliki sifat Siddiq yang artinya benar atau jujur,” ungkap mantan Rektor Unesa ini.
Hal sama dengan Prof Muchlas disampaikan pula oleh pengisi acara pengajian “Syiar Pagi” dan “Sangune Turu” Radio El-Victor Surabaya, Mochammad Ikhwan, M.Pd.I. Ia juga menyampaikan bahwa, dalam kehidupan Rasullulah bukan hanya jujur dalam perkataannya tapi juga dalam perbuatannya. Hingga khadijah menjadi begitu terpesona melihat kejujuran beliau. Apalagi karena kejujurannya dalam berniaga membuat barang niaganya menjadi laris manis, dan beliau menjadi pedagang yang terkenal.
Selain itu, kata Ikhwan, nilai toleransi yang dijalankan oleh Rasulullah. Hal ini sering diperdebatkan bagi orang yang anti islam. Orang menganggap bahwa Islam adalah agama bar-bar yang selalu berurusan dengan pedang. Padahal sejatinya, Rasullulah merupakan orang yang memiliki toleransi. Alkisah ketika Rasullulah dilempari batu oleh kaum Tsaqif, dan malaikat Jibril datang dan ingin membinasakan kaum Tsaqif tersebut, namun Rasullulah melarangnya. Ia bersabda ”Jangan! Jangan! Aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun.” Beliau pun berdoa untuk kaum Tsaqif. “Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka belum mengetahui (kebenaran).” (HR Baihaqi).
“Tak hanya itu, ada banyak sekali sifat Rasullulah yang patut untuk kita tiru sebagai bagian dari pendidikan karakter yang ia berikan kepada umatnya, bukan hanya untuk mereka yang pernah melihat beliau langsung, tapi hingga sekarang pendidikan karakter yang beliau masih kita rasakan,” pungkas Pembina Program Tahfizul Quran di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya. (Humas Unusa)