Surabaya
Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengadakan Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pendidikan Seni Tari dan Drama Semester 3 dan 5 di Laboratorium Sendratasik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unusa, Jumat (28/10). Mata kuliah ini merupakan mata kuliah yang harus ditempuh oleh mahasiswa Prodi S1 PGSD Unusa.
Pance Mariati, S.Pd., M.Sn menerangkan pelajaran tari bukan bertujuan untuk mempelajari sikap gerak saja, namun juga sikap mental, kedisiplinan, sehingga pendidikan tari itu menjadi media pendidikan. Tari untuk anak-anak Sekolah Dasar akan memberi pengaruh terhadap ketajaman pikiran, kehalusan rasa dan kekuatan kemauan serta memperkuat rasa kemerdekaan. Pengaruh ritme atau wiromo dalam iringan tari akan dapat digunakan sebagai media untuk mencapai budi pekerti yang harmonis. “Ujian ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pada waktu ujian tengah semester untuk Mata Kuliah Pendidikan Seni Tari dan Drama. Aspek penilaiannya meliputi kekompakan gerak, teknik gerak, tata rias dan busana, pola lantai, serta ekspresi/ penghayatan,” katanya menjelaskan.
Dosen PGSD ini melanjutkan, dari dasar-dasar tersebut dapat ditunjukkan bahwa pendidikan tari adalah sarana bagi usaha pembentukan pribadi anak. Hal ini mengingat usia anak-anak di tingkat SD secara umum haus akan ekspresi, hal ini harus disalurkan dalam pendidikan kesenian, sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam penuangan ekspresi ketika anak SD itu menginjak sekolah lanjut. Di sinilah pentingnya pelajaran kesenian dipahami sebagai salah satu kebutuhan hidup manusia.
Seni, katanya, sebagai bagian dari isi kebudayaan merupakan ungkapan ekspresi jiwa dari pelakunya, terbukti mampu mengakumulasikan beberapa keteladanan yang dituangkan dalam makna-makna simbolis lewat berbagai medium, salah satunya adalah gerak. Untuk memahami seni secara utuh tidak dapat lepas dari faktor-faktor pendukung yang akan membentuk karakteristik seni itu sendiri. Ungkapan ekspresi yang ada dalam seni secara umum akan terkait dengan tingkat emosional dari pembuat ataupun pelakunya. “Guru SD dalam hal ini memiliki peran sangat vital untuk membentengi atau membuat filterisasi pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia,” ungkap Pengampu Mata Kuliah Pendidikan Seni Tari dan Drama ini. (Humas Unusa)