SURABAYA:
SEDIKITNYA ada dua pria berpredikat cumlaude dari lulusan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) yang sebagian besar di dominasi perempuan. Itulah yang tampak pada acara silaturrahim dengan para lulusan berprestasi, Jumat (9/9) siang di Surabaya, Wakil Rektor I Bidang Akademik Unusa, Prof Kacung Marijan.
Kedua pria itu adalah Angger Bayu dan M. Asrorun Niam, keduanya dari Program S1 Keperawatan. “Ini di tengah para wanita ada dua laki-laki yang juga berpredikat cumlaude. Tentu sangat istimewa dan dipastikan kedua laki-laki ini bukan dari program studi kebidanan,” kata Kacung Marijan.
Angger Bayu adalah lulusan cumlaude yang berasal dari penerima beasiswa penuh Unusa. Ada tiga penerima beasiswa Unusa yang lulus cumluade, selain Angger ada nama Ariezanafidatun Nahla (D3 Keperawatan), Karlina (S1 Keperawatan).
“Sungguh kuliah dengan tidak membayar sejak awal adalah karunia. Mungkin jika tidak memperoleh beasiswa ini saya tidak kuliah,” katanya singkat.
Apa yang memotivasi dirinya memilih program studi keperawatan? Awal ia sama sekali tidak berminat masuk di keperawatan, selain banyak wanitanya juga karena cita-cita awalnya ingin menjadi guru. Tapi karena ia mendapatkan kesempatan memperoleh beasiswa secara penuh, akhirnya dijalaninya.
“Setelah saya masuk, ternyata ada banyak hikmah dan pelajaran dapat saya peroleh. Keperawatan adalah salah satu cara untuk saya bisa membantu orang lain dan berempati terhadap apa yang sedang diderita orang lain,” katanya.
Perasaan ada bersama-sama mahasiswa yang didominasi kaum hawa, Angger menjelaskan untuk pandai-pandai membawa diri. Artinya, harus bisa menyelami perasaan dan kebiasaan peempuan. “Tapi saya tidak larut diantara mereka. Saya tetap menempatkan dan memposisikan mereka itu teman belajar dan berdiskusi. Kesabaran memang sangat dibutuhkan untuk bisa mengerti dan memahami perempuan,” katanya.
Panggilan Jiwa
Lain lagi cerita M. Asrorun Niam, mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unusa periode 2013-2014 ini mengatakan, kalau jika diriya tertarik sejak awal di keperawatan, karena panggilan jiwa untuk bisa berbagi untuk kemanusiaan. “Saya menilai perawat adalah pekerjaan paling mulia. Saya bisa memberikan bantuan pada orang yang memang benar-benar membutuhkan, dimana orang lain tidak bisa melakukannya,” katanya.
Laki-laki kelahiran Sidoarjo, 23 Oktober 1994 ini mengakui, meski kadang banyak pasien ketika dirinya menjalankan kerja praktik di rumah sakit, kerap banyak yang bertanya, laki-laki kok jadi perawat, bukan biasanya perempuan. “Kalo ada yang yang bertanya seperti itu, saya hanya tersenyum, sambil membuktikan keterampilan, kesabaran, dan perhatian bahwa perawat laki-laki juga tidak kalah dengan perawat perempuan,” kata peraih IPK 3,71 ini.
Bagaimana Asrorun bisa menempatkan diri hingga bisa terpilih menjadi ketua BEM. “Kuncinya sabar dan mau berbagi. Banyak mata kuliah yang memang harus kami lakukan dengan kerja kelompok. Saat-saat seperti itulah saya harus bisa menyelami apa kebiasaan dari mahasiswa perempuan dan harus bisa berbagi. Tapi kunci utamanya sabar dalam menghadapi mereka. Nah seorang perawat dilatih juga untuk sabar selain terampil dan cekatan,” katanya.
Tahun ini Unusa mewisuda sebanyak 499 mahasiswa, terdiri dari 88 orang wisudawan laki-laki dan 411 orang perempuan (wisudawati). Seluruh wisudawan berasal dari Fakultas Keperawatan dan Kerbidanan (FKK) yang merupakan program studi tertua yang menjadi cikal bakal Unusa.
Dari jJumlah 499 wisudawan tersebut terdiri dari 84 Program D3 Keperawatan, D3 Kebidanan 173, S1 Keperawatan 132, dan Program Profesi Ners 110 orang.
Dalam acara wisuda yang akan digelar Rabu, 14 September, Unusa juga akan mengukuhkan dua belas wisudawan berprestasi. Penilaiannya tidak hanya pada indeks prestasi kumulatif yang berada di atas 3,5 tapi juga aktif pada berbagai kegiatan kemahasiswaaan saat kuliah. (Humas Unusa)