Metode Permainan Dorong Kreativitas Siswa SD Belajar IPA

Surabaya – Selain matematika, mata pelajaran IPA juga menjadi momok bagi sebagian siswa. Banyaknya hafalan di mapel IPA membuat siswa akhirnya malas belajar.

Sebagai calon guru, Nurul Khikmawati merasa tergelitik untuk mencarikan  solusi. Ia pun membuat metode bagaimana membuat para siswa menjadi tertarik dan bersemangat saat belajar mapel IPA.

Hal itu ia rumuskan dalam tugas akhirnya berjudul “Pengaruh model pembelajaran team games tournament pada mata pelajaran IPA terhadap berpikir kreatif siswa kelas V SD Al-Islah Surabaya’. Tugas ini mengantarkan mahasiswi  S1 PGSD menjadi wisudawati terbaik Unusa April 2019 dengan IPK 3,95.

Metode permainan pada pembelajaran ini menerapkan lima tahapan yakni perjanjian kelas, team, games, tournament, dan terakhir penghargaan kelompok. Menurutnya metode ini menyangkut tiga hal yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sehingga para siswa bisa memberi jawaban yang tak hanya kreatif namun juga sangat inovatif.

“Para siswa diajak bermain dengan gambar untuk menyusun sebuah rangkaian peristiwa alam. Seperti halnya mata rantai makanan pada hewan. Jika pada hafalan pelajaran sudah tersusun asal muasal dan sebab akibat. Namun dengan metode permainan ini para siswa berpikir lebih kreatif untuk mendapatkan sebuah jawaban yang sangat inovatif. Hal inilah yang membuat anak-anak tidak bosan,” kata Nurul.

Permainan menjadi lebih hidup ketika para siswa diajak berkompetisi dan mendapatkan reward (penghargaan). Inilah yang membuat mereka bersemangat.

“Materi IPA yang semual hafalan diaplikasikan dalam sebuah gambar permainan yang mengajak mereka berpikir kreatif. Dengan kompetisi berkelompok, mereka sekaligus belajar untuk bisa bekerja sama dalam tim. Hal ini ternyata membuat mereka lebih cepat untuk mengingat apa yang dipelajarinya. Karena mereka tidak merasa terbebani,” kata Nurul yang bertubuh mungil.

Tentang tubuhnya yang mungil, Nurul mengakui semula dirinya bercita-cita menjadi perawat. Namun karena ada persyaratan tertentu yang tidak bisa dipenuhi, Nurul pun harus ikhlas melepas cita-citanya.

“Atas restu orang tua, saya akhirnya mengambil kuliah di jurusan PGSD. Dan Alhamdulillah sekarang sudah kelar dalam waktu 3,5 tahun,” kata Nurul yang sudah dilirik sebuah sekolah di Surabaya. (hap/Humas Unusa)