Unusa Resmikan Laboratorium Penelitian Terpadu

Surabaya – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) meresmikan Laboratorium Penelitian Terpadu. Keberadaan fasilitas terbaru Fakultas Kedokteran ini makin mengukuhkan komitmen Unusa sebagai institusi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (science and technology).

Rektor Unusa Prof Dr Ir Achmad Jazidie M Eng mengatakan, sebagai universitas dibawah naungan Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis), Unusa mendapat amanah kedepannya menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mewujudkan kebijakan yayasan tersebut Unusa menghadirkan sarana laboratorium penelitian terpadu.

“Bicara tentang institusi yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akreditasinya haruslah excellent. Kedepan, Unusa akan terus memperkuat  program pascasarjana, karena dengan Sumber Daya Manusia (SDM) di pascasarjana itulah pengembangan science and technology bisa dilaksanakan,” kata Prof Jazidie di sela peresmian laboratorium penelitian terpadu FK Unusa, Tower Unusa Kampus B, Jemursari Surabaya, pada Senin (23/9).

Rektor Unusa menceritakan keberadaan FK Unusa yang berdiri tahun 2014 ini cukup unik. Lazimnya sebuah perguruan tinggi memiliki Fakultas kedokteran dulu baru memiliki rumah sakit sebagai kebutuhan. Namun Unusa yang berdiri tahun 2013 justru sudah memiliki dua rumah sakit terlebih dulu yakni RSI Jemursari dan RSI Ahmad Yani Surabaya, dalam satu naungan yayasan yang sama yakni Yarsis. Setahun kemudian baru mendirikan fakutas kedokteran.

“Jadi keberadan lab sebagai saranan dan prasarana FK ini, sekaligus untuk mendukung kebijakan yayasan menjadikan Unusa sebagai institusi pusat pengembangan  sains dan teknologi, khususnya bidang kesehatan,” katanya.

Tahun depan, lanjut Rektor, Unusa akan melengkapi sarana dan prasana penelitian dengan membangun Laboratorium Biomedik Molekuler. Selain itu juga sedang dijajaki pengembangan internet of medical things (IoMT) dengan dukungan Indosat, Qualcomm, dan Megatrend Data.

Pengembangan IoMT ini akan dikonversikan pada pengembangan rumah sakit ke arah smart hospital. Tren ke depan pengelolaan big data dalam IoMT ini akan menjadi isu utama bidang kesehatan.

“Dengan adanya laboratorium penelitian terpadu, laboratorium biomedik molekuler, laboratorium IoMT, dan pengelolaan big data (mobil data),  Unusa akan menjadi salah satu institusi yang akan mendinamiskan penelitian di bidang kesehatan. Insya Allah, Unusa akan menjadi salah satu institusi yang  memperkuat Surabaya tak hanya pada kedokteran klinis tapi juga pengembangan riset dasar,” papar Prof Jazidie.

Dekan FK Unusa Dr dr Handayani MKes menambahkan laboratorium penelitian terpadu ini  akan mendukung dosen maupun institusi dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

“Sebelumnya dosen dan mahasiswa Unusa melakukan penelitian di luar kampus, karena belum memiliki sarana tersebut. Penggunaan tiga lab terpadu yang ada masih sebatas untuk media pembelajaran tempat mahasiswa praktikum. Dengan diresmikannya lab penelitian terpadu ini, diharapkan para dosen dan mahasiswa makin semangat dalam melaksanakan penelitian,” katanya.

Pada Lab penelitian terpadu ini pengguna bisa melakukan percobaan dengan hewan coba atau yang biasa disebut dengan invivo. Sebelumnya penelitian di lab yang ada menggunakan mediasaja  (invitro) yang merupakan tingkat penelitian paling dasar.

Dr Handayani menjelaskan tahapan peneltian pada sebuah obat misalnya, yang terbukti  sudah efektif secara invitro, kemudian diteliti secara invivo dengan dicobakan ke hewan coba. Hewan coba bisa dipilih mencit putih, tikus putih, atau kelinci. Kalau sudah berhasil ditingkatkan ke penelitian klinik pada manusia.

“Pembuktian efektivitas sebuah obat dengan uji klinik, tahapannya adalah pertama pada manusia sehat, dilanjutkan pada manusia sakit dengan jumlah terbatas, Tujuannya menghindari toksinitas pada manusia. Lab FK Unusa sudah melengkapi penelitian secara invivo dan invitro. Sedangkan uji klinis bisa dilakukan di rumah sakit sendiri yakni RSI Jemursari dan RSI A Yani,” pungkas Dr Handayani. (hap/Humas Unusa)