Transplantasi Ginjal, Mahasiswa Kedokteran Unusa Sukses Bisnis Mentai Mentayo

SURABAYA – Sakit gagal ginjal tak membuat Dandy Rizaldi Putra, mahasiswa Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) angkatan 2016 berputus asa. Dia justru memanfaatkan waktu luang saat cuti kuliah untuk merintis bisnis kuliner. Kini, Mentai Mentayo, nasi khas Jepang buatan Dandy sudah banjir pembeli.

“Awalnya didasari hobi memasak. Saat cuti kuliah karena harus operasi tranplantasi ginjal, saya mulai coba-coba memasak mentai. Eh, ternyata saos mentai buatan saya banyak yang suka, maka lahirlah Mentai Mentayo,” kata Dandy tentang bisnis kulinernya yang kini sebulan beromzet hampir Rp 10 juta.

Putra pasangan Yusuf Wibisono dan Safri Nur Asfitri ini terpaksa cuti kuliah karena harus menjalani operasi transplantasi ginjal. Ibunda tercinta merelakan ginjalnya buat Dandy, meski sempat terhalang karena kandungan antibodinya lebih tinggi dibanding Dandy.

Alasan ketidakcocokan anti bodi itu membuat rencana operasi pada Januari 2019 terpaksa dibatalkan. Dandy  sempat mendapat pendonor ginjal lainnya, namun kembali harus dibatalkan karena alasan kesehatan. Untunglah, saat datang ke RS Sardjito Yogyakarta pada Juni 2019, ada alat plasma exchange yang bisa menurunkan antibodi sang bunda.

“Alhamdulillah September lalu sudah dioperasi,” kata pria kelahiran Blitar, 3 Desember 1995, yang terlanjur mengajukan cuti setahun demi mendapatkan pendonor ginjal.

Saat proses penantian itulah, Dandy  mengisi waktu luang dengan menyalurkan hobi masak. Ia pun mulai mencoba memasak mentai, atau tepatnya saos mentai, setelah belajar dari youtube. Begitu masakan jadi dan kelezatan saosnya tak kalah dengan mentai yang banyak dijual orang, Dandy memberanikan diri mengunggah di Instagram.

Respon ternyata bermunculan. Saat awal saja, ada sekitar 10 orang yang bertanya apakah dia menjual mentai. Kebanyakan yang bertanya memang teman-temannya sesama mahasiswa.

Dandy kemudian mencoba melihat harga pasaran mentai di Surabaya yang ternyata berada di atas Rp 45 ribu. Dandy pun memutuskan menjual mentainya yang diberi nama Mentai Mentayo seharga Rp 35 ribu per porsi. Ternyata permintaan mulai berdatangan.

“Pada awal sekitar Mei, pesanan mencapai 30 porsi. Itu artinya omset sudah  Rp 1 juta,” kata Dandy tertawa.

Nasi Mentai Mentayo ala Dandy menawarkan tiga pilihan varian menu yakni  racikan salmon, crabstick (kepiting) dan chicken (ayam). Harga menu crabstick dan chicken dibandrl Rp 35 ribu per porsi. Sementara untuk salmon, Dandy menjualnya Rp 38 ribu.

Mengingat keterbatasan tenaga, Dandy pun menetapkan dalam seminggu hanya membuka dua kali pemesanan atau PO melalui online. Setiap PO dia batasi 30 porsi yang artinya 60 porsi seminggu, atau 240 porsi sebulan.

“Jadi omset dalam sebulan sudah hampir Rp 10 juta. Sementara keuntungan sekitar Rp 5 jutaan. Lumayan sekali. Saya sendiri benar-benar kaget,” ujar Dandy yang sejak lama memang sangat ingin menjadi dokter itu.

Januari Buka Outlet

Mengingat jumlah pesanan 240 porsi sudah stabil, Dandy pun melibatkan adiknya, Poppy Yufrinda yang baru lulus Fakultas Manajemen Unair. Bahkan kini, mereka memiliki satu karyawan lagi untuk membantu memasak.

Dandy membuka kunci suksesnya memulai bisnis, yakni jangan takut berpromosi dan harus menjaga kualitas makanan yang dipesan pelanggan. Dandy memulai bisnis dengan tabungannya Rp 3 juta, yang di antaranya untuk membeli peralatan memasak dan membuat logo serta stiker untuk promosi.

“Jangan takut rugi untuk melakukan promosi bisnis. Kalau takut rugi gak akan pernah bisa sukses. Toh kalau rugi jadikan pengalaman. Namanya bisnis, kita tidak tahu kapan bisnis akan up atau kapan down,” pesan Dandy yang juga penah gagal berbisnis kaca mata.

Penting juga menjaga kepercayaan pelanggan. Pernah dia dikomplain pelanggan karena nasinya dirasa kurang matang. Dandy minta maaf dan segera mengirim ulang pesanan secara gratis.

Menurut Dandy, pasar mentai di Subaya besar sekali. Kebanyakan memang kalangan mahasiswa, seperti mahasiswa. Unusa, Hang Tuah, atau Petra.

“Awalnya saya pikir kemahalan untuk mahasiswa, tapi ternyata tidak. Sekarang ada juga pasar dari orang-orang kantor,” ujar Dandy yang pernah menjadi salah satu pembicara Seminar Kewirausahaan Dies Natalis ke-5 FK Unusa.

Guna memperluas pasar, Dandy berani memberi reward ke pelanggannya untuk memperkenal Mentai Mentayo ke teman-teman dan komunitasnya. Dia bakal memberi Rp 100 ribu untuk membantu promo produknya.

Kini, Dandy sudah enam kali berjualan di ajang pameran dan sukses. Contohnya dua kali di Sutos, Bahkan pada Januari nanti dia diundang menjadi pembicara dalam seminar memasak di Galaksi Mall.

Pada Januari nanti, Dandy sudah berencana membuka outlet di Aiola Grand City. Dia sendiri yang bakal mengawasi penjualan offline tersebut, sementara sang adik tetap fokus di penjualan online.

Tak hanya itu, Dandy bahkan sudah joint dengan dua kakak kandungnya di Yogyakarta dan Jakarta untuk berjualan Mentai Mentayo.

“Bisnis dengan kakak ini, saya belajar bagaimana berbisnis secara franchise. Dari join dengan kakak saya minta bagian 15 persen dari total omset,” katanya.

Dari pengalamannya ini, Dandy berpesan kepada para mahasiswa Unusa, agar memanfaatkan waktu senggang di luar kuliah dengan kegiatan produktif yang bisa menghasilkan pemasukan.

“Kuliah kan pagi sampai sore. Sabtu dan Minggu biasanya kosong.  Jadikan waktu senggang untuk kegiatan produktif. Kan kalau sukses, kita sendiri yang bangga,” pungkasnya. (hap/Humas Unusa)