Tim Pengabdian Masyarakat FK Unusa Gelar Pengecekan Asam Urat

Surabaya – Tim pengabdian masyarakat Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) pengecekan kadar asam urat bagi warga yang ada di Kelurahan Made, Kecamatan Sambikerep Surabaya.

Pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh dua dosen Fakultas Kedokteran Unusa dr Reza Heri Mahendra Putra, SpAn dan dr Maria Ulfa, SpKK. Dalam pengabdian masyarakat ini bertujuan agar masyarakat lebih peduli dan sadar bahwa penyakit degeneratif salah satunya asam urat bisa membahayakan.

“Target kami adalah lansia usia 50 tahun ke atas. Kami ingin dengan masyarakat teredukasi, maka bisa melakukan atau menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari,” ujar salah satu tim pengabdian masyarakat FK Unusa, dr Reza Heri Mahendra Putra, SpAn., Jumat (26/6).

Kegiatan yang digelar di Balai RW 1 Desa Made Kecamatan Sambikerep diikuti 40 orang. Dari pemeriksaan ini ada 13 orang ternyata mengidap kadar asam urat tinggi. “Mereka sebelumnya tidak pernah memeriksakan diri,” kata dr Reza.

Masyarakat harus terus diedukasi tentang penyakit akibat penurunan fungsi organ tubuh itu. Karena penyakit ini sangat banyak misalnya hipertensi, jantung koroner, diabetes melitus dan sebagainya, termasuk asam urat.

Diakuinya, banyak hal yang menjadi penyebab berkembangnya penyakit degenerative. “Dimana penyakit ini karena gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kurang olah raga dan stres,” beber dr Reza.

Tren penyakit degeneratif semakin hari semakin meningkat dimana penyakit tersebut semula dialami oleh para lansia dengan usia 50 tahun ke atas. “Tapi saat ini penyakit degeneratif sudah bisa ditemukan pada usia 30 sampai 40 tahun,” beber dr Reza.

Pencegahan penyakit degeneratif bisa dicegah dengan cara screening kesehatan pada usia diatas 30 tahun. Jika marker dari screening melewati ambang batas, maka hal tersebut sebagai peringatan awal untuk perubahan gaya hidup.

“Penyakit asam urat atau Artritis Gout merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan oleh pengendapan kristal purin dalam jaringan, akibat kadar asam urat (hiperuricemia) dalam cairan ekstraseluler yang lewat jenuh,” beber dr Reza.

Gangguan metabolisme yang mendasarkan artritis gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar asam urat lebih dari 7,0 ml/dl untuk pria dan 6,0 ml/dl untuk wanita. Etiologi dari artritis gout meliputi usia, jenis kelamin, riwayat medikasi, obesitas, konsumsi purin dan alkohol. “Pertambahan usia merupakan faktor resiko penting pada pria dan wanita selain banyak faktor lainnya,” jelasnya.

Diakui dr Reza, dari hasil pengamatan, di Desa Made itu masih belum banyak tersedia fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga medis. Apalagi wilayahnya juga sangat luas dan jauh dari pusat kota Surabaya.

“Sebelum terjun, kami lakukan Analisa dengan mencari informasi penyakit apa yang banyak diderita masyarakat. Itu kami lakukan dengan bertanya pada warga,” katanya.

Setelah diketahui banyak warga yang mengidap penyakit ini, maka diberikan solusi untuk penyembuhannya. Selain dengan obat-obatan, warga yang mengidap penyakit itu, diberi solusi untuk mulai menerapkan pola hidup sehat. Terutama dalam hal mengonsumsi makanan sehari-hari. Jenis makanan apa yang diperbolehkan dikonsumsi dan apa yang dilarang.

“Dari sana kami lakukan evaluasi. Apakah cara yang kami lakukan ini efektif untuk menekan angka penderita penyakit degeneratif minimal asam urat di lingkungan tersebut,” tukas dr Reza. (sar humas)