Serba-Serbi Ramadan Fair, Power of Kepepet hingga Denda

 Surabaya– Pencarian bakat islami di kalangan mahasiswa prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) selama gelaran Ramadan Fair 1440 H masih banyak menyisakan cerita seru. Ramadan Fair yang termasuk rangkaian kegiatan Dies Natalis Unusa ke-6 ini, mengadakan lomba nasyid, lomba tartil, tilawah, Musabaqoh Syarhil Quran (MSQ), dan lomba kaligrafi.

“Saya sebenarnya tidak bisa MSQ, tapi ya harus ikut lomba. Pokoknya harus maju, bisa enggak-nya urusan belakang. Mengandalkan power of kepepet, kalau sudah kepepet akhirnya bisa,” kata Renita Ambarwati, mahasiswi IKM angkatan 2016 sambil tergelak.

Renita pun menceritakan keseruannya berlatih MSQ bersama teman satu tim selama sebulan. Tak jarang ia harus menginap di rumah teman untuk belajar memfasihkan lafal dan lirik.

“Kalau urusan diomelin saat latihan sudah biasa. Tapi justru hal itu yang bikin seru dan berkesan, makin menambah keakraban di antara kami. Pokoknya harus bisa ikut lomba, dari pada tidak ikut lomba nanti kena denda,” kata Renita.

Pembina Hima IKM, Dwi Handayani SKM MEpid membenarkan ada denda bagi mahasiswa yang tidak ikut kegiatan lomba. Setiap kelas harus mengirimkan wakilnya untuk jadi peserta. Jika tidak ada yang mewakili, satu kelas akan didenda.

“Jangan melihat denda sebagai punishment (hukuman)  tapi, pendorong setiap mahasiswa agar bersemangat dan mau berpartisipasi dalam kegiatan ini. Sekaligus sebagai pemacu mereka untuk mau menggali potensi diri. Alhamdulillah, selama ini menggunakan trik denda cukup mujarab,” kata Dwi.

Saat ini prodi IKM yang wajib ikut ada 5 kelas dari angkatan 2016, 2017, dan 2018. Sedangkan angkatan 2015 tidak ikut karena fokus pada tugas akhir. Puncak kegiatan prodi IKM nanti di gelaran Talent of Public Health pada Juli 2019. Kegiatan tersebut meliputi lomba debat, karya ilmiah, baca puisi.

Menurut Erni Yunintyas, Ketua Pelaksana Ramadan Fair, mempersiapkan kegatan selama bulan puasa cukup menguras tenaga dan pikiran. Sedangkan emosi dan hati juga harus terjaga agar tidak membatalkan puasa.

“Maklum dengan padatnya kegiatan, fisik cepat terkuras selama puasa. Biasanya emosi gampang terpancing. Disinilah kami banyak belajar mengendalikan emosi dan hati. Serta belajar berorganisasi dan bagaimana memenej keinginan semua teman-teman. Apalagi kami juga harus tetap mengerjakan semua tugas kuliah. Kerja tim benar-benar sangat bermanfaat. Seru pokoknya,” kata Erni bersemangat.

Selain kerja tim, mereka juga harus kerja cerdas. Kegiatan yang padat harus diselesaikan dalam waktu yang singkat mendorong mereka harus pandai mengatur strategi. Misalnya pendaftaran lomba tilawah dan tartil dilakukan secara online. Para peserta mengirim video, sehingga seleksi dan penilaian lebih efisien. (hap/Humas Unusa).