Nekat Ingin Jadi Bidan Sekaligus Dosen

Nanik Handayani, M.Kes

Surabaya – Pengalaman adalah guru terbaik. Inilah yang ingin disampaikan Nanik Handayani, M.Kes, ketika ia memilih profesi bidan sekaligus dosen. Ia ingin memberikan manfaat bagi wanita dengan membantu persalinan, tapi ia juga ingin membagi pengalaman itu kepada para mahasiswa. Maka pilihannya adalah dengan menjadi dosen. Lebih dari 20 tahun, Nanik membagikan pengalaman menjadi bidan kepada mahasiswa Program Studi Kebidanan Unusa.

Nanik menilai profesi bidan merupakan profesi mulia karena dengan asuhan yang diberikan oleh seorang bidan dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Meski memiliki beban berat namun ada kepuasan tersendiri. “Dapat menolong ibu dan anak itu menjadi kepuasan tersendiri bagi seorang bidan,” katanya Sabtu (27/3).

Dikatakannya, menjadi bidan memiliki kepuasan tersendiri saat mengetahui ibu dan bayi lahir dalam keadaan sehat keduanya. “Melihat itu saya bahagia dan senang. Itu yang membuat saya dahulu nekat ingin menjadi bidan,” ucapnya menjelaskan.

Ada pengalaman yang tidak terlupakan saat dirinya membuka praktik Bidan di rumah. Pada saat tempat praktik tutup karena libur, datang seorang ibu yang hamil besar ke tempat saya praktik. “Sang ibu tidak ditemani keluarga bahkan tidak membawa identitas alamat yang jelas,” katanya.

Saat dilakukan pemeriksaan ibu, tiba-tiba Sang ibu mengalami kondisi darurat yang diharuskan dibawa ke rumah sakit. “Saat itu juag saya langsung mengantarkan sang ibu ke rumah sakit sekaligus membiayai proses persalinannya,” kata wanita berusia 53 tahun ini.

Cerita itu kerap kali ia sampaikan kepada para mahasiswa untuk menggambarkan bahwa profesi bidan itu wajib menolong pasien dalam kondisi apa pun meski tidak mengetahui dengan jelas identitas pasien. “Menolonglah dengan tulus dan ikhlas. Bagaimana pun keselamatan ibu dan anak menjadi yang utama,” katanya.

Wanita kelahiran Sidoarjo, 26 Desember 1967 ini menilai profesi bidan seperti teman atau sahabat bagi ibu dan anak. Tidak jarang sang ibu lebih merasa nyaman untuk menceritakan masalahnya kepada bidan. “Jadi jika ada masalah yang tidak bisa diceritakan ke orang lain, tidak jarang sang ibu malah menyampaikan keluh-kesahnya kepada bidan,” katanya mengungkapkan.

Pengalaman serta kejadian seperti itulah yang ia ingin bagikan kepada anak didiknya di Prodi Kebidanan Unusa. “Kalau hanya membaca literatur saja, menurut saya masih ada yang kurang jika ingin menjadi bidan yang profesional,” ucap Nanik. (sar humas)