Mengenal Kandungan Tiga Jenis Jahe

Surabaya Untuk memenuhi miniman herbal di masa pandemi Covid-19 masyarakat mulai memburu jahe untuk diolah sebagai menambah imunitas tubuh. Ada tiga jenis jahe di Indonesia yaitu jahe merah, jahe emprit, dan jahe gajah.
Dosen Prodi S1 Gizi Unusa, Endah Budi Permana Putri, mencoba memberikan gambaran tentang ketiga jenis jahe tersebut terkait dengan kandungan zat yang dimiliki. Pada dasarnya yang terkandung di dalam tiga jenis jahe tersebut sama, yakni karbohidrat, serat, protein, mineral seperti zat besi dan potasium, serta vitamin seperti vitamin C. “Yang nampak berbeda dari kandungan zat dari ketiga jenis jahe itu berada pada kandungan minyak atsirinya,” katanya.
Minyak atsiri berpotensi sebagai antioksidan dan anti inflamasi yang ampuh untuk menangkal radikal bebas, sehingga dapat meningkatkan sistem imun tubuh. Adapun kandungan minyak atsiri pada ketiga tersebut masing-masing 0,82-1,66 persen untuk jahe gajah, 1,5-3,5 persen untuk jahe emprit, dan 2,6-3,9 persen untuk jahe merah. “Jadi yang paling besar kandungan minyak atsirinya adalah jahe merah,” imbuh Endah.
Karena kandungan minyak atsirinya lebih banyak, kata Endah, maka jahe merah lebih bermanfaat meningkatkan sistem imun tubuh. Selain itu, ketiga jenis jahe tersebut juga mengandung senyawa bersifat antioksidan berupa oleoresin sekitar 4,0 persen – 7,5 persen diantaranya yaitu gingerol dan shogaol. Kedua senyawa ini yang memberikan rasa pedas dalam jahe.
“Nah gingerol dan shogaol inilah yang membuat jahe terasa pedas. Dari ketiga jenis itu, jahe emprit yang kandungan gingerol maupun shogaol paling banyak. Itu kenapa jahe emprit ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masak, meski ada juga yang mengolahnya sebagai minuman herbal. Kalau jahe gajah biasanya diolah sebagai manisan dan asinan,” jelas Endah.
Diuraikan Endah, senyawa dalam jahe juga bersifat sebagai imunomodulator yaitu suatu zat biologis dimana zat ini dapat merangsang untuk memodulasi terhadap kekebalan atau imunitas tubuh. Cara kerja imunomodulator yaitu mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu (imunrestorasi), memperbaiki fungsi sitem imun (imunostimulasi), dan menekan respons imun (imunosupresi). “Kalau ditanya mana yang lebih baik jika dimanfaatkan sebagai obat herbal, tentunya jahe merah karena kandungan minyak atsirinya lebih banyak dibanding jahe biasa,” ujarnya.
Agar kandungan zat dalam jahe tak berkurang atau malah rusak, Endah menyarankan agar diolah dengan air hangat. “Kalau airnya terlalu panas bisa merusak kandungan zat yang dimiliki jahe. Misalnya vitamin C kan bisa rusak kalau air panas, jadi cukup air hangat saja,” katanya mengungkapkan. (sar humas)