Awas Bahaya Rokok dan Bullying, Mahasiswa FK Unusa Kampanye di SMAN 5 Surabaya

Surabaya – Mahasiswa Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengadakan penyuluhan kepada siswa SMAN 5 Surabaya mengenai bahaya narkoba/ napza (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) dan perundungan (bullying). Kegiatan yang digelar pada Jumat (10/5) ini sebagai tugas praktikum mata kuliah kedokteran komunitas.

“Saat ini bahaya napza (narkoba) dan bullying sedang menjadi masalah di negara kita terutama pada kalangan remaja. Karenanya kami mengangkat kedua isu tersebut sebagai topik penyuluhan di SMAN 5 Surabaya,” kata Ganda Agyl Pasa Dewa, mahasiswa FK Unusa yang menjadi salah satu panitia kegiatan tersebut.

Ganda mengatakan mata kuliah ini mempersiapkan para mahasiswa agar siap terjun langsung ke masyarakat saat bekerja menjadi dokter. “Sebagai dokter yang nantinya berinteraksi langsung dengan masyarakat, kita harus mengetahui bagaimana caranya bersosialisasi dengan mereka,” katanya.

Kegiatan penyuluhan kepada para siswa SMA terbaik se-Jatim ini, bagi Ganda dan 15 teman lainnya merupakan pengalaman yang seru. “Anaknya pintar-pintar, mereka sangat memahami apa yang kami paparkan. Sehingga dialog berjalan sangat interaktif,” katanya.

Selain kepintaran para siswa, sambutan para pembina sekolah juga sangat diapresiasi. “Kepala sekolah dan wakil sekolah langsung memimpin para siswa dalam kegiatan ini. Mereka sangat menyambut positif kegiatan ini karena bermanfaat bagi pemahaman para siswa akan bahaya napza,” kata Dosen Pembimbing Unusa dr Hafid Algristian SpKJ.

Dr Hafid yang merupakan alumni SMAN 5 Surabaya ini sangat mendorong kegiatan ini juga dilakukan di kalangan warga lainnya. Ini mengingat pencegahan bahaya narkoba harus dilakukan sejak dini.

“Biasanya, kegiatan FK Unusa program kedokteran pencegahan kerjasama dengan pondok pesantren. Namun partisipasi warga akan pencegahan bahaya napza harus diterus ditingkatkan. Ini seiring dengan program pemkot yang menyatakan Kota Surabaya sebagai kawasan bebas rokok,” katanya. (hap/Humas Unusa)