Rektor Unusa, Terpilih Jadi Ketua LPTNU Jatim

Surabaya – Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie, M.Eng ditunjuk menjadi Ketua Perguruan Tinggi NU (PTNU) Jawa Timur 2018 – 2023.

Dengan ditunjuknya Prof. Jazidie diharapkan PTNU bisa semakin berkembang pesat dan bisa melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Langkah pertama setelah terpilihnya Prof Jazidie mulai mengumpulkan seluruh pimpinan PTNU di Jatim, Rabu (3/10).

“Untuk koordinasi dan saling berkenalan. Juga untuk melengkapi susunan kepengurusan,” ujar Prof. Jazidie ketika ditemui di ruang kerjanya. Mantan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kemdikbud ini mengaku banyak tantangan yang harus dihadapi bersama-sama dengan pengurus nantinya.

Semua itu demi memajukan PTNU di Jatim. Karena dikatakannya, PTNU memiliki potensi yang sangat besar. Apalagi perguruan tinggi yang berada di bawah organisasi besar seperti Nahdlatul Ulama (NU). “Melalui PTNU, dampaknya akan luar biasa dirasakan khususnya untuk meningkatkan kualitas manusia,” tandasnya.

Dikatakan Prof. Jazidie, dirinya belum mengetahui secara pasti berapa jumlah PTNU yang ada di Jatim ini. Tapi dari data yang dia dapat dari pengurus sebelumnya, jumlahnya mencapai 110 perguruan tinggi. “Kalau jumlah itu masih belum benar, saya masih belum punya gambaran,” tukasnya.

Dalam waktu dekat, Prof. jazidie mengaku akan melakukan pendataan yang akurat tentang PTNU di Jatim. Setidaknya PTNU yang sudah ada daftarnya itu, akan diminta untuk mengirimkan lagi profil kampusnya.

Nama perguruan tingginya, alamatnya, siapa rektor atau ketuanya, berapa jumlah fakultas dan program studinya. Juga mengetahui berapa jumlah mahasiswa, jumlah dosen serta tenaga kependidikannya. “Itu hal penting diketahui. Juga harus dilengkapi jenjang akreditasinya. Sehingga PTNU bisa jelas profilnya,” ungkapnya.

Ini memang pekerjaan yang tidak mudah. Prof. Jazidie mengaku tertantang untuk bisa melakukan itu. “Butuh dukungan banyak pihak. Ini tantangan di medan perang. Semoga bisa menjadi jalan ibadah,” tandasnya.

Karena diakui Prof. Jazidie, memang tidak semua kampus NU berada di titik tertinggi untuk sebuah lembaga pendidikan tinggi. Di sinilah lembaga PTNU ini bisa mewadahi dan memberikan masukan dan pelatihan bagi masing-masing kampus NU bagaimana meningkatkan kualitas sehingga bisa terus tumbuh dan berkembang.

“Kita hanya bisa memberikan saran, masukan dan pelatihan. Bagaimana untuk bisa menjadi perguruan tinggi yang mapan,” ungkapnya.

Untuk bisa menjadi PT untuk maju dikatakan Prof. Jazidie adalah gabungan dari banyak faktor. Ada tujuh standar yang harus dipenuhi sesuai dengan standar yang ditetapkan kementerian Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemristekdikti) agar sebuah perguruan tinggi bisa mendapatkan akreditasi tertinggi. Yang paling dominan adalah faktor anggaran atau budget. Bagaimanapun sebuah kampus membutuhkan budgeting yang cukup dan memadai.

Jika budget baik, maka cash flow kampus itu baik. Kalau cashflow-nya baik maka bisa membuat buat kelembagaan PT dengan baik. Bisa mengembangkan sumber daya manusia yangbaik dan bisa melanjutkan kegiatan kemahasiswaan yang baik.

Juga bisa membangun infrastruktur dan sarana prasarana kampus. Kalau semua itu sudah bisa dipenuhi, maka masyarakat akan yakin dan percaya untuk memasukkan anak-anaknya ke PTNU. “Kalau mahasiswa banyak, dana yang masuk ke kampus juga semakin baik. Karena sampai saat ini, sumber dana PTNU itu baru dari mahasiswa. Belum dapat dari yanglain misalnya donatur, kemitraan, riset dan sebagainya,” tutur Jazidie. (Humas Unusa)