Prakarya PG PAUD, Buka Peluang Perempuan Jadi Pebisnis

Surabaya – Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) menggelar prakarya membatik, Jum’at (12/01). Batik dengan teknik celup dipilih karena kemudahan untuk diaplikasikan oleh pemula. 

Kegiatan yang termasuk dalam mata kuliah ini juga mempunyai tujuan untuk membangkitkan jiwa kewirausahaan setiap mahasiswa. Pembekalan keterampilan ini juga tak semata-mata menuntaskan SKS sahaja. Selain kebutuhan menuntaskan mata kuliah, kegiatan ini juga merupakan upaya pembekalan terhadap mahasiswa untuk bisa membuat prakarya yang nantinya akan diimplementasikan sebagai guru PAUD. 

Pembekalan prakarya ini juga merupakan bentuk dari realisasi visi Unusa yakni Menjadi lembaga pendidikan tinggi yang terkemuka, unggul dan profesional dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS), berjiwa wira usaha serta berjati diri Islami. Nanang Rokhman Saleh, S.Ag., M.Th.I. Ketua Prodi PG PAUD menjelaskan bahwa mata kuliah seni rupa PG PAUD ini selain merupakan alat pendidikan edukatif untuk diterpkan kepada peserta didik paud nantinya, prakarya ini juga merupakan bentuk dari keseriusan perwujudan visi Unusa dalam menciptakan lulusan yang berjiwa wira usaha.  “Karena program studi ini merupakan bentuk dari pemberian bekal agar mahasiswa terbiasa untuk membuat alat pendidikan edukatif, mahasiswa juga diharapkan mempunyai kemahiran dibidang prakarya yang memilki nilai jual,” jelasnya saat ditemui di rungan kerjanya.

Hal tersebut juga diamini oleh Drs. Andri Setiawan, M.Pd , dosen pengampu mata kuliah seni rupa PG Paud ini mengungkapkan bahwa selain dari tujuan tersebut, mahasiswa juga dituntut untuk menggunakan bahan-bahan recycle (daur ulang) agar tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk memulai prakarya, tak hanya itu, mahasiswa juga di ajak untuk lebih mencintai lingkungan. “Mahasiswa memang engaja untuk membuat prakarya dari bahan-bahan recycle atau darul ulang. karena selain hemat, saya ingin prakarya ini juga bisa ramah lingkungan, bahan-bahannya bisa seperti kain perca, sendal bekas, dan lain sebagainya,” katanya menututurkan. Pembekalan ketrampilan bukan sekedar teori, praktik juga menentukan hasil yang ingin dicapai.  (Rere/humas)