PPMPI Unusa Diskusikan Soal Cadar

Surabaya – Pusat Pengembangan Masyarakat dan Peradaban Islam (PPMPI) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) untuk kesekian kalinya mengadakan diskusi publik dengan tema: Religious Extremism dalam Perspektif Social Intuitionist Model dengan Narasumber Prof. Masdar Hilmy, MA., Ph.D (Wakil Direktur Pascasarjana UINSA) dan Alfindra Primaldhi, B.A, S.Psi., M.Si. (Pusat Kajian Terorisme dan Sosial Fakultas Psikologi Ul), Jumat (9/3).

Salah satu topik yang diangkatkan adalah pemakaian cadar di Perguruan Tinggi. Polemik pemakaian cadar oleh mahasiswi di perguruan tinggi kembali mencuat setelah salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta berupaya melakukan pembinaan kepada para mahasiswi bercadar.

Alfindra Primaldhi, B.A, S.Psi., M.Si. mengungkapkan, Cadar sendiri merupakan tradisi orang-orang Timur Tengah yang sering kita lihat langsung ketika bertandang ke dataran Arab.Di sana, cadar tidak hanya dipakai orang Islam saja, orang selain beragama islam di daerah Yaman juga memakai cadar.

“Mahasiswa dipersilahkan bercadar, tetapi jangan berideologi radikal. Itu yang paling penting. Kalau ada asumsi bahwa cadar adalah ciri radikalisme juga perlu diteliti, apakah hal itu benar atau tidak,” ungkapnya.

Bahkan dia menambahkan, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir sempat meminta pihak universitas tak mengganggu hak mahasiswi menggunakan cadar. “Menristekdikti menanggapi adanya larangan penggunaan cadar di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Intinya, kita jangan sampai ikut gerakan radikalisme yang masuk di kampus,” ungkapnya. (Humas Unusa)