Era Digital: Layanan Kesehatan Serba Digital

Digitalisasi membantu kemudahan manusia dari pelbagai bidang. Kecepatan mendapatkan informasi dalam waktu singkat, menambah efesiensi kinerja manusia. Dalam menerima tantangan di dunia digital, intelektual Indonesia diharapkan bisa membawa perubahan dalam kehidupan bermasyarakat. Tak khayal jika inovasi-inovasi baru bermunculan.

Ima Kurniastuti, S. T., M. T, menjawab tantangan ini dengan meluncurkan aplikasi gizi bayi. Dosen S1 Sistem Informasi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya ini, berharap ke depan akan semakin banyak rumah sakit atau praktisi kesehatan yang memanfaatkan digitalisasi, salah satunya melalui aplikasi buatannya. Lahirnya Aplikasi Status Gizi Bayi disebabkan oleh pengamatan Ima, terhadap petugas kesehatan posyandu yang notabene adalah lansia. Kekhawatiran akan daya ingat mereka yang melemah, menggugah Ima untuk menciptakan aplikasi tersebut.

Aplikasi Status Gizi Bayi masih bisa diakses pada desktop saja. “Saya berharap aplikasi ini ke depannya akan bisa digunakan untuk khalayak ramai melalui android atau IOS,” tuturnya, saat dijumpai pada senin 05/11/2018. Aplikasi besutan Ima berhasil digunakan dalam pengmas (pengabdian masyarakat) Prodi S1 Gizi UNUSA. Beruntung Warga Mojo, Surabaya, bisa menikmati Aplikasi Status Gizi Bayi untuk pertama kali. Sistem informasi selama ini hanya dikenal sebagai salah satu bidang keilmuan, yang menghasilkan aplikasi atau sistem di dunia industrial atau manajemen. Nyatanya sistem informasi di dunia kesehatan juga memiliki tingkat urgensi tersendiri. “Jika sistem informatika lebih banyak menyentuh dunia kesehatan, saya rasa masyarakat tidak perlu ke rumah sakit lagi,” imbuhnya pada reporter unusa.ac.id. Kemudahan mengakses informasi bukan hanya kebutuhan dunia media dan industri dunia kesehatan juga memiliki hak yang sama. (Rere/ Humas Unusa).